Catastrophe in Ouriden - Pengusiran (1)

Desa Mylre, sebuah desa yang berada di ujung timur dari wilayah kekuasaan kerajaan Elmernia. Untuk sebuah desa yang berada jauh dari pusat kerajaan, desa ini dapat dikatakan sebuah desa yang cukup besar dan maju dengan populasi yang banyak.

Seharusnya desa ini telah menjadi sebuah kota kecil namun karena tidak ada inginnya perubahan yang drastis maka tempat ini tetap menjadi sebuah desa.

Ini dikarenakan hasil lautnya yang melimpah. Pasca perang penduduk di wilayah ini menjadi berpusat pada desa ini yang menyebabkan mayoritas penduduknya bukan penduduk asli lagi.

Namun ini sudah tak terhindar lagi. Akibat dari peperangan banyak wilayah yang sudah tidak rata lagi dengan lubang di mana-mana, ada juga yang menjadi tandus dan tidak dapat ditumbuhi lagi oleh tumbuhan.

Hanya saja desa Mylre tidak terlalu mendapatkan perlindungan dari kerajaan. Para ksatria yang ditugaskan di sini tidak terlalu banyak dan tidak cukup untuk memantau desa secara keseluruhan. 

Padahal desa ini berada di perbatasan wilayah kerajaan, ksatria dengan jumlah yang terbatas ini terbagi menjadi dua bagian lagi untuk memantau desa dan perbatasan.

Bukan itu saja, desa ini juga dikelilingi oleh hutan tak berpenghuni yang mana banyak hal yang berbahaya di dalamnya. Makhluk buas baik monster dan hewan tidak sedikit yang sering memasuki wilayah desa.

Karena itu desa memberi peluang pekerjaan bagi penduduk yang bersedia sebagai seorang pemburu monster. Bayarannya agak sedikit lebih tinggi daripada berlayar namun secara risiko terancamnya nyawa lebih besar pekerjaan ini. 

Meskipun begitu banyak yang mengambil pekerjaan ini dengan banyak yang berpikir kalau bersama-sama pasti semuanya akan baik-baik saja.

Namun hal yang tak terduga terjadi beberapa hari yang lalu dengan kemunculan monster yang diberi nama [White Head] dengan mudahnya membantai kelompok pemburu yang dianggap paling hebat di desa ini. Tentunya itu menggoyangkan rasa percaya diri para pemburu yang berada ditingkat di bawahnya.

Dan hari ini rasa duka kembali datang kepada desa ini. Monster raksasa menyerang desa mereka dan menghancurkan cukup banyak bangunan yang dilewatinya. Orang-orang yang mencoba melawannya pun tewas begitu saja.

Sebuah cahaya yang muncul dari langitlah yang menghabisinya. Karena diselimuti oleh rasa duka tidak ada penduduk desa yang terlalu memikirkannya, setidaknya yang masih hidup dapat selamat sekarang.

Sepertinya keadaan desa akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kembali pulih sekarang dengan kemunculannya makhluk itu. Hal ini membuat hampir semua penduduk desa tidak dapat berpikir sehat lagi, jika ada orang yang dapat disalahkan mereka akan menyalahkannya.

Para penduduk desa melihatnya, makhluk itu muncul dari dalam lautan dan memasuki desa. Terus berjalan mengabaikan yang ada di depannya dan menghancurkan sekitarnya. Lalu monster itu berhenti di depan sebuah rumah lalu berusaha menangkap seorang gadis yang berada di dalamnya.

Beberapa mengetahuinya kalau gadis itu baru saja berada di desa ini dan tepat dengan keberadaannya monster itu muncul. Dengan begitu banyak yang meyakini kalau gadis itu yang memancingnya.

“Bukan ! kenapa kalian dapat berpikir seperti itu ?!”

Rand berusaha untuk melawan tuduhan dari sekumpulan orang-orang desa di depannya.

Setelah kelompok yang berusaha untuk melawan monster raksasa itu datang, Rand dan Aira diajak ke sebuah pos ksatria. Aira mendapatkan perawatan di sana karena meskipun tidak terlihat namun ternyata keadaannya cukup buruk.

Namun tak lama setelah monster itu lenyap banyak penduduk desa yang mendatangi pos ini dengan tatapan yang penuh kebencian dan rasa takut. Mereka semua berkata kalau Aira telah memancing kemunculan monster itu.

Tentunya Rand tidak diam saja, meskipun merasa takut namun ia berusaha untuk menghadapi orang-orang itu.

“Tidak salah lagi kalau itu adalah [Catastrophe] ! makhluk itu yang telah membuat negeri kita dalam kekalahan dulu ! membekukan lautan dan daratan serta membuat langit gelap setiap harinya !”

Seorang pria tua berkata demikian dengan penuh ketakutan. Hal itu memperbesar rasa takut yang lainnya. Entah kenapa pria tua itu malah berkata seperti itu namun orang-orang ini menjadi semakin keras.

Tapi yang pasti yang dikatakan oleh pria tua itu memang kenyataan. [Catastrophe], itulah nama yang orang-orang berikan pada makhluk itu. Rand sendiri pernah melihatnya sebelumnya namun dengan ukuran yang jauh lebih besar, itu masih segar di ingatannya−itu mungkin karena muncul dalam mimpinya saat tidur tadi.

Awalnya itu adalah salah satu hal penting negeri ini untuk mempertahankan wilayah mereka dari serangan musuh. Namun akhirnya malah menjadi makhluk yang menghancurkan segalanya.

Setelah perang berakhir makhluk itu dengan tenangnya berada di dalam lautan sana. Meskipun orang-orang berlayar setiap harinya selama ini makhluk itu tidak pernah muncul lagi sampai saat ini.

“Cepat usir gadis itu !”

“Dia telah memanggil malapetaka !”

“Dasar pembawa malapetaka !”

Itulah yang orang-orang katakan dengan penuh rasa benci, tatapan yang mereka buat benar-benar sangat mengerikkan.

Rand tidak dapat memikirkan cara untuk menghentikan orang-orang ini. Entah bagaimana keadaan Aira yang berada di dalam pos. Hal ini bisa saja membuatnya gila.

“HENTIKANN !!!”

Sebuah suara menghentikan para warga desa. Suara itu berasal dari kerumunan orang-orang ini dan dari satu sisi mereka agak menyingkir seolah memberi jalan pada seseorang.

Seorang pria yang mengenakan baju zirah hitam berjalan ke mari melewati kerumunan orang-orang.

Itu adalah ksatria yang memimpin orang-orang yang berusaha untuk menghadapi monster yang disebut [Catastrophe] sebelumnya. Keadaannya terlihat baik-baik saja, sepertinya ia pulih dengan sangat cepat.

“Mereka telah berusaha untuk mengulur waktu untuk kami. Karena kami semua telah menyimpulkan kalau monster itu adalah [Catastrophe], maka awalnya tidak ada satu pun dari kami yang berani untuk menghadapinya. Tapi karena usaha mereka pada akhirnya hati kami tergerak.”

Ksatria itu berkata demikian. Perasaannya bercampur aduk saat mengatakannya. Ia menyesal karena tidak segera bertindak cepat saat kemunculan monster itu. Di sisi lain ia sangat mengagumi tindakan dari Rand dan Aira.

“Jangan konyol ! sudah aku bilang kalau gadis itulah yang memancing monster itu muncul !”

Pria tua yang sebelumnya mengatakan itu. Hal ini membuat keributan kembali terjadi.

“K-kenapa Anda dapat berkata demikian ?”

“Tentu saja ! monster itu selama ini tidak pernah muncul sebelum gadis itu datang ke desa ini. Seingatku [Catastrophe] menjadi banyak dan jika sudah muncul satu maka akan muncul lagi selama gadis itu ada di desa ini !”

“...”

Sepertinya ksatria ini berusaha untuk melindungi Aira dari tuduhan namun akhirnya kepercayaannya goyah setelah memikirkan lebih jauh perkataan dari pria tua itu.

Tentu saja pria tua itu berkata yang sebenarnya. Sebagai seorang veteran ia tidak ingin hal buruk yang pernah dilaluinya dialami lagi oleh orang-orang yang sekarang namun tentunya perkataannya malah memberikan teror kepada yang mendengarnya.

“Lagi pula meskipun kalian para ksatria bertindak tapi masih banyak yang menjadi korban jiwa !”

“Benar sekali ! jika kalian dapat melenyapkannya dengan mudah kenapa kalian tidak segera melakukannya ? karena itu pamanku... keluargaku satu-satunya harus tiada...”

“T-tidak jika kami dapat melakukannya pasti kami telah melakukannya−“

“Sudah cukup ! cepat usir saja gadis itu !”

“BENAR SEKALI !!!”

Pada akhirnya ksatria itu pun tidak dapat menghadapi orang-orang ini. Pria tua yang mengetahui banyak mengenai [Catastrophe] ini terus menerus bersikeras untuk mengusir Aira tentu saja ia mendapatkan dukungan dari para warga desa.

Amarah, benci, duka, dan rasa takut. Semua itu telah bercampur aduk dalam hati para warga desa ini. Mereka akan melakukan apa pun agar kejadian buruk yang telah terjadi tidak menimpa mereka lagi, entah itu tindakan yang benar atau tidak.

*BUM* sesuatu tiba-tiba jatuh dari langit. Hal itu menghasilkan sebuah tekanan angin yang cukup kuat dan membuat para warga desa terdiam. 

Awalnya mereka merasa cukup panik namun itu berubah menjadi amarah saat melihat yang tiba-tiba muncul itu adalah seorang gadis. Mereka semua merasa telah diganggu.

“Rand Maynar dan Aira Elvira Maynar... kepala desa memanggil kalian...”

Gadis itu berkata demikian sambil menghelakan napas. Dia terlihat seperti malas melakukan semua ini.

Yang dikatakannya membuat Rand sangat terkejut−tidak, ini sudah tidak mengejutkan lagi mengingat semua keributan ini telah terjadi. Aira dan dirinya telah menjadi pusat perhatian. Tentu saja orang yang memimpin desa ini akan bertindak demikian. Masalahnya apa yang akan terjadi setelah mereka sampai di sana.

“B-baik...”

Rand menjawabnya dengan tatapan yang kosong. Ia merasa sangat kesal karena tidak dapat melindungi Aira namun mau bagaimana pun ia tidak mampu untuk menghadapi semua orang-orang desa ini.
Ia melirik ke arah Aira. Di sana ia melihat Aira hanya menundukkan kepalanya.

“Nona ksatria merpati biru, selamat siang.”

Dengan penuh hormat ksatria berbaju zirah mengatakan itu sambil menundukkan kepalanya setelah menyadari keberadaan gadis itu di belakangnya.

“Ya...”

Namun gadis itu membalasnya dengan dingin atau mungkin tidak terlalu peduli. Padahal ksatria yang memberinya hormat terlihat jauh lebih tua darinya.

Memang tidak terlihat namun gadis itu juga merupakan seorang ksatria meskipun pakaian yang dikenakannya terlihat tidak jauh dari seragam yang dikenakan oleh Aira hanya saja warnanya yang berbeda yaitu warna biru dengan perpaduan putih yang terlihat sangat elegan.

Alasan ksatria berbaju zirah memberinya hormat karena gadis itu dianggapnya memiliki kedudukan yang lebih tinggi darinya. Ini bukan masalah pangkat namun masalah perbedaan pasukan.

Ksatria di negeri ini terbagi menjadi beberapa pasukan dengan tugas yang berbeda setiap pasukannya. Keberadaan seseorang di dalam pasukan itu mempengaruhi status sosialnya. Hanya saja semakin tinggi peringkat pasukan maka semakin tinggi juga standar untuk bergabung.

Bukan kemampuan saja, terkadang status sosial pun menjadi syarat. Kebanyakan orang-orang dengan kemampuan yang pas-pasan dan status sosial yang rendah hanya akan diterima di pasukan yang sama dengan ksatria berbaju zirah ini.

Pekerjaan pasukan ini tidak ada hentinya karena harus selalu berpatroli di tempat di mana mereka bertugas, namun secara gaji mereka tidak terlalu jauh dari seorang pemburu monster.

Seberapa besar pun usaha mereka untuk menjadi lebih kuat tidak memungkinkan mereka untuk bergabung ke pasukan yang lebih tinggi. Mereka juga harus bersedia menerima perintah dari ksatria yang berada di pasukan yang lebih tinggi dari mereka meskipun secara pangkat mereka sama.

Itulah sistem ksatria sekarang sejak ksatria dengan pangkat tertinggi digantikan oleh yang baru. Banyak yang menentangnya, namun secara mengejutkan mendapatkan persetujuan dari pemimpin negeri ini. Karena itu tidak ada satu pun yang dapat mengubahnya.

“Menyingkirlah kalian... kalian menghalangi jalan...”

Dengan suara yang lemas gadis ksatria itu berkata pada orang-orang yang ada di depannya. Ia berniat untuk membawa Rand dan Aira.

“Apa kalian berencana untuk melindungi mereka ? gadis itu akan menyebabkan malapetaka lainnya !”

Salah satu orang berkata demikian dengan mata yang penuh rasa takut. Keributan pun kembali terjadi. 

“Berisik ! sudah kubilang untuk menyingkir, jika tidak kalian semua akan kutebas ! ini perintah dari kepala desa !”

Tiba-tiba gadis ksatria itu berkata dengan tegas sambil berniat menarik pedang dari sarung pedangnya. Matanya menatap orang-orang di hadapannya seolah tak segan untuk membunuh mereka.

Hal itu mengintimidasi mereka dan segera menyingkir dan memberi jalan untuk Rand dan Aira untuk lewat.

Mereka berdua merasa sudah tidak ada pilihan lain lagi kecuali mengikuti gadis ksatria ini. Entah apa yang akan kepala desa lakukan terhadap mereka berdua.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »