Catastrophe in Ouriden - Pengusiran (2)

Seorang gadis ksatria berkata kalau kepala desa Mylre memanggil Rand dan Aira. Mereka berdua tidak ada pilihan lain selain mengikutinya. Namun itu belum membuat mereka lepas dari orang-orang desa yang ingin agar Aira pergi dari desa ini, mereka semua mengikuti ke mana Rand dan Aira pergi.

Mereka berdua diarahkan pada sebuah bangunan yang besar dengan cukup banyak penjaga yang berjaga di luarnya. Letaknya berada di pusat desa yang mana tak terlalu jauh dari rumahnya Rand.

Para penjaga itu mengenakan sebuah seragam yang sama dengan gadis yang menuntun Rand dan Aira. Itu berarti mereka adalah ksatria dari pasukan yang lebih tinggi dari para ksatria yang berusaha untuk melawan [Catastrophe].

Namun para ksatria ini tidak ada satu pun yang bertindak. Padahal secara tingkat kemampuan jauh lebih besar dari ksatria-ksatria yang berada di pasukan ini. Namun mereka sudah menjalankan tugas mereka yaitu melindungi kepala desa.

Mengalahkan monster bukan kewajiban mereka selama monster itu tidak menyerang orang yang harus mereka lindungi. Namun tentunya ini tidak adil, tapi tak ada orang-orang desa yang berani untuk menyalahkan mereka karena tidak ikut bertindak.

Para ksatria itu mengamankan orang-orang yang mengikuti Aira dan Rand yang berusaha untuk memasuki wilayah kediaman kepala desa.

Tempat ini cukup megah, begitu pun di dalamnya. Namun Rand dan Aira sama sekali tidak tertarik untuk meliriknya, mata mereka seolah sudah mati. Mereka hanya mengikuti gadis ksatria yang berjalan di depannya.

Rand melirik Aira. Aira telah menggunakan pakaian lain karena seragamnya telah rusak akibat pertarungan sebelumnya. Ksatria di pos yang memberikannya dengan percuma.

Ia kelihatan sangat tenang meskipun dalam keadaan seperti ini.

“Hah... kepala desa sudah menunggu kalian di dalam...”

Sambil menghela napas gadis ksatria itu berkata demikian. Ia berhenti dan menunjukkan sebuah ruangan dengan dua pintu yang cukup besar.

Aira dan Rand segera memasuki ruangan itu ditemani oleh gadis ksatria tersebut. Di dalam sana ada seorang pria tengah menunggu mereka dengan wajah bosan di meja kerjanya.

Dia terlihat tidak terlalu tua, mungkin usianya baru saja memasuki usia 30 tahunan. Ia bukan penduduk asli namun tidak ada yang keberatan karena semenjak desa ini dalam pemerintahannya desa ini menjadi lebih maju.

“Di luar sangat berisik ya...”

Keluhnya sambil menggaruk kepalanya. Sejak awal rambutnya sudah terlihat acak-acakan, sepertinya dia tengah memikirkan banyak hal.

Rand dan Aira tidak berani untuk membalasnya. Meskipun tidak ada bukti yang jelas namun mereka berdua menjadi benar-benar sangat bersalah sekarang mengenai semua kekacauan ini. 

Namun kepala desa menghela napas karena tidak ada satu pun orang yang membalasnya.

“Hah... apa kalian berdua tahu kenapa kalian dipanggil ke sini ?”

“Anda akan mengusirku dari desa ini, bukan ?”

Aira menjawabnya dengan spontan. Itu membuat Rand sangat terkejut sedangkan kepala desa kembali menghela napas dengan wajah seolah merasa bosan.

“Jadi kau sudah menyerah ya. Hah, membosankan sekali. Tapi ya keadaan desa kita memang sedang gawat, entah berapa biaya yang diperlukan untuk memperbaiki desa. Yahh, laporan kerusakannya sudah sampai sih...”

Kemudian kepala desa mengambil selembar kertas lalu melihatnya dengan wajah yang merasa sangat sulit lalu meletakkannya kembali bersamaan dengan suara desahnya yang panjang.

“[White Head] lalu [Catastrophe], desa kita mendapatkan guncangan keras dua kali dalam waktu yang berdekatan. Rand Maynar, kau satu-satunya korban yang selamat bukan ? bisa kau ceritakan lebih lanjut mengenai [White Head] ?”

“Uhh...”

Rand spontan menutup mulutnya setelah mendengar perkataan dari kepala desa. Perutnya terasa seolah bergejolak dan mulutnya terasa tidak enak. Tiba-tiba ia merasa mual setelah mendengar perkataan dari kepala desa. Bukan karena kata-katanya melainkan kejadian buruk itu kembali terbayang dikepalanya.

“Aduh... maafkan aku, aku tidak mengira kalau itu akan memberikan dampak sebesar ini. Yahh, menurut laporan yang kuterima memang keadaannya sangat mengerikkan. Semuanya terbunuh kecuali dirimu.”

Kepala desa merasa agak menyesal setelah melihat reaksi dari Rand. Namun sepertinya ia tidak terlihat benar-benar menyesal, ia malah melanjutkan perkataannya mengenai insiden itu.

Perasaan tidak nyaman Rand semakin menjadi.

“A-apa yang telah terjadi ?”

Mendengar perkataan dari kepala desa membuat Aira menjadi tidak tenang. Ia mendengar tentang semuanya terbunuh dan Rand terlibat ke dalamnya. 

Ia sendiri baru mendengarnya. Mereka berdua selalu bertukar surat dan menceritakan apa saja yang telah terjadi pada mereka masing-masing. 

Meskipun sudah berjanji agar menceritakan apa pun masalahnya namun belum tentu mereka akan melakukan itu karena mereka berdua tidak ingin membuat khawatir satu sama lain. 

Jika itu masalahnya maka Aira juga memakluminya, karena ia juga seperti itu. Ia tidak menceritakan semua hal dalam suratnya.

“Beberapa hari yang lalu juga terjadi sebuah insiden di hutan. Sesosok monster yang diberi nama [White Head] membantai para pemburu terbaik kami. Syukurnya Rand Maynar dapat selamat“

“Sudah cukup ! tolong jangan dilanjutkan !”

Rand berteriak sambil menahan rasa mualnya yang semakin menjadi. Ia berusaha menghentikan kepala desa yang terus mengungkit masalah itu.

“Hahh... padahal aku hanya menjawab pertanyaan dari sepupumu...”

“Ini memang sudah terlambat, tapi kenapa Anda tahu namaku ? padahal kita baru pertama kali bertemu ?”

Aira tiba-tiba saja menatap kepala desa dengan sangat serius. Ia berusaha untuk melupakan masalahnya terlebih dahulu karena hal ini terasa ganjil bagi dirinya.

“Hah... aku ini kepala desa, aku mendapatkan informasimu dari para penjaga yang berada di gerbang masuk. Namamu, asalmu dan tujuanmu masuk ke desa.”

Dengan percaya diri kepala desa mengatakan itu. Dalam pikirannya ia melihat Aira yang menjadi malu-malu karena telah berkata seperti itu padanya. 

Namun kenyataannya wajah Aira sama sekali tidak berubah, malah ia semakin menyipitkan matanya. Seolah ia sama sekali tidak tahu apa yang kepala desa bicarakan, itu terdengar aneh baginya.

“Eh ? mereka tidak melakukannya ?”

Kepala desa terlihat kebingungan dan merasa bodoh. Ekspresi yang ia harapkan dari Aira malah membuat dirinya sendiri yang mengeluarkan ekspresi tersebut.

“Mereka hanya menanyakan asalku saja...”

Sambil menghela napas Aira mengatakan itu. 

“Y-yahh... desa kita ini terlalu longgar... meskipun kau adalah siswi dari akademi ksatria seharusnya mereka menanyakan informasi yang jelas darimu. Aku akan memberitahu mereka nanti...”

Lalu kepala desa berusaha agar kembali terlihat tenang namun tangannya tidak terlihat seperti itu. Ia mencari-cari sesuatu dari tumpukan kertas lalu mengambilnya satu dan menuliskan sesuatu di sana.

Kepala desa terlalu banyak mengetahui mengenai mereka berdua.

“Oh iya, berarti sekarang kau sudah lulus. Selamat ya ! jadi, kau mau bergabung ke dalam pasukan apa ? jika kau punya target yang tinggi kau pasti ingin bergabung dengan serigala perak, pasukan elite yang tidak memandang status.”

Tiba-tiba kepala desa berkata demikian. Ia terlihat seolah ikut berbahagia dengan kelulusan Aira. Namun bukannya senang namun hal itu malah membuat Aira sangat bingung.

“Y-ya, terima kasih banyak. Untuk bergabung ke dalam pasukan aku belum terlalu memikirkannya tapi kalau serigala perak mungkin terlalu tinggi untuk aku yang tidak memiliki kekuatan yang besar...”

Aira mengatakannya dengan ragu-ragu. Dirinya memang sudah lulus dari akademinya yang merupakan bibit-bibit baru untuk semua pasukan ksatria.

Kebanyakan dari akademinya telah memikirkannya jauh sebelum kelulusan mereka. Ada yang menginginkannya sesuai kemampuan dan kedudukannya, ada juga yang terlihat akan pasti masuk dalam pasukan paling tinggi.

Namun Aira tidak termasuk. Memang kemampuannya sudah diakui oleh banyak orang di akademinya namun Aira sama sekali tidak memikirkannya. Yang ia pikirkan hanya ingin berkumpul dengan keluarganya.

Ia memang ingin menjadi kuat namun bukan keinginannya untuk masuk ke dalam akademi ksatria. Namun karena ia pikir itu adalah satu-satunya jalan untuk menjadi kuat maka ia tidak ada pilihan lain lagi.

Kemampuannya ini ingin ia gunakan untuk melindungi keluarganya, namun ternyata kenyataannya tidak seperti itu. 

Sekeras apa pun usahanya ia sama sekali tidak dapat melukai [Catastrophe], hati kecilnya memang berkata kalau hal itu tidak dapat dihindari karena lawannya terlalu kuat. Namun ia tidak ingin berpikir demikian, bagaimana pun ia harus menjadi lebih kuat lagi.

“Jangan merendah. Aku tahu kau sangat hebat, kau ini putri Gil kan ? dia benar-benar sangat hebat !”

“Anda tahu ayahku ?”

Spontan Aira mengatakan itu sambil ia agak mendekati kepala desa, itu agak mengejutkannya. Rand sendiri agak telat menyadarinya karena ia masih terpengaruhi perkataan kepala desa tadi yang mengungkit masalahnya.

Mereka tidak akan menyangka bahwa kepala desa akan mengetahui Gil. Sekarang mereka berdua tidak tahu keberadaannya, jika kepala desa mengenalnya ada kemungkinan dia tahu alasan Gil pergi dari desa ini dan keberadaannya sekarang.

“Aduh− Y-yahh... kami ini kenalan yang cukup dekat. Aku rasa itu alasan kenapa aku tahu cukup banyak mengenai kalian berdua.”

Kepala desa mengatakannya dengan agak terlihat gugup. Sepertinya ia cukup menyesal karena tindakannya yang membahas Gil. Perkataannya sekarang seolah banyak yang berusaha ia tutupi.

Aira menyipitkan matanya. Itu masih belum cukup untuk sebuah jawaban yang jelas terlebih lagi sikapnya yang aneh. Namun Rand tidak terlalu memikirkan itu dan melontarkan sebuah pertanyaan.

“Apa Anda tahu kenapa paman Gil meninggalkan desa ini dan di mana keberadaannya sekarang ?”

Rand menanyakannya dengan wajah yang terlihat seolah sangat ingin mengetahuinya. Namun kepala desa tidak langsung menjawabnya. Ia menggaruk kepalanya sambil menghela napas dengan berat dan wajah yang rumit. Sepertinya itu sesuatu yang sangat sulit untuk dijawab.

“Bagaimana mengatakannya ya... yahhh... bisa dikatakan Gil juga mengalami hal yang sama dengan kalian yaitu banyak penduduk desa yang menginginkannya pergi dari desa ini. Karena tidak ingin kalian terlibat maka Gil segera melakukannya. Karena susunan desa ini baru saja terbentuk pada saat itu maka tidak ada yang mengetahui bahwa kalian ada hubungan dengan Gil.”

Itu kenyataan yang tidak terduga. Rand sejak dulu yakin kalau pamannya itu pergi bukan karena tanpa alasan. Jika ini alasannya, sebenarnya ia tidak keberatan ikut diusir dari desa jika tetap bersama dengan pamannya.

Tapi ia yakin pasti ada hal lain lagi sampai pamannya itu tidak memberitahu dan membawanya meskipun ia tidak memiliki petunjuk sedikit pun untuk mengetahui alasan itu.

“Kalau untuk keberadaannya aku tidak tahu...”

Tambah kepala desa. Itu membuat Rand dan Aira kecewa karena tidak dapat mengetahui keberadaannya. Namun Gil sudah pergi sejak lama, Rand dapat memaklumi itu karena tidak mungkin juga Gil memberi tahu semuanya pada orang lain.

“Kalau begitu kenapa paman Gil sampai harus diusir ? memangnya apa yang dilakukannya pada saat itu ?”

Rand agak menaikkan suaranya karena terlalu ingin mengetahuinya. Terakhir ia menyadari kalau ia telah berlaku tidak sopan pada kepala desa. 

“Hah... itu hal yang terlalu rumit, lagi pula aku tidak terlalu tahu permasalahannya. Yang aku tahu hanya itu saja.”

Suaranya mendingin. Sepertinya kepala desa tidak ingin mengingat hal itu. Dirinya yang berkata tidak tahu apa-apa terasa seperti pengalihan saja agar mereka tidak membahas hal ini lagi.

Lagi pula mereka berdua berada di sini bukan untuk membahas Gil melainkan karena masalah mereka sendiri. Menyadari itu Rand dan Aira menundukkan kepalanya.

“Baiklah... kita kembali ke masalah utama kita sekarang. [Catastrophe] muncul, tapi aku tidak tahu kenapa penduduk desa menyalahkan Aira. Yang kudengar makhluk itu mengincarmu, jadi bagaimana tanggapanmu Aira ?”

“Meskipun Anda bilang seperti itu tapi aku tidak tahu apa pun. Tapi sepertinya makhluk itu memang hanya terfokus padaku.”

Aira memang memilih untuk melawan makhluk itu namun makhluk itu mau bagaimana pun berusaha untuk menangkap dirinya. Saat orang-orang melawannya pada awalnya makhluk itu mengabaikan mereka dan tetap terfokus pada Aira.

Tapi seberapa keras Aira untuk berpikir ia tidak menemukan jawaban kenapa makhluk itu mengincarnya. Jika masalah kekuatan tentunya banyak orang yang jauh lebih kuat dari Aira di desa ini. 

Jika ada benda yang memancingnya ia rasa tidak ada yang semacam itu ditubuhnya lagi pula dulu ia tinggal di sini dan semuanya baik-baik saja.

Namun ia telah mendengar cerita mengenai ayahnya maka tanggapannya dalam masalah ini sudah jelas.

“Begitu ya... kau tidak berniat memanggilnya dengan sengaja bukan ?”

“Tentu saja Aira tidak akan berpikir begitu !”

Yang mengatakan itu adalah Rand dengan agak membentak. Spontan ia mengatakannya tanpa berpikir kalau itu sopan atau tidak.

“T-tenanglah Rand... kepala desa tidak menuduhku... maafkan dia kepala desa...”

Aira segera berusaha menenangkan Rand dengan menjelaskan maksud dari kepala desa. Ia juga segera meminta maaf lalu disusul oleh Rand yang ikut meminta maaf.

“M-maafkan aku... aku tidak dapat menahan emosiku jika mendengar seperti itu...”

“Tidak apa-apa... aku paham...”

Tapi sepertinya kepala desa tidak terganggu dengan itu. Ia membalasnya sambil tersenyum. Lalu ia mengambil selembar kertas dan melihatnya dengan serius.

“Banyak penduduk desa yang menginginkan Aira pergi dari desa ini. Tentunya ini tak lama sampai semua penduduk desa menginginkan hal ini. Sebenarnya aku tidak ingin kau pergi dari desa ini dan membuatmu dapat tetap di sini namun tentu saja semuanya tidak akan sama jika kau tinggal di desa ini mulai sekarang. Jadi, bagaimana menurutmu ?”

Kepala desa menyimpan kertas di tangannya ke tempat semula lalu kembali melihat ke arah Aira dengan sangat serius.

Aira mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab perkataan dari kepala desa. Tentunya ia sudah memikirkannya matang-matang. Ia sudah tidak ragu lagi untuk keputusannya ini.

“Aku akan segera pergi dari desa ini. Rand bisa tetap tinggal di desa ini bukan ?”

Itulah jawabannya. Tentu saja Rand sangat terkejut saat mendengarnya. Padahal mereka berdua baru saja bertemu lagi setelah sekian lama.

“Begitu ya... tentu saja Rand dapat tinggal di desa ini. Tapi apakah kau sudah memikirkannya matang-matang ? apa kau punya tujuan setelah pergi dari desa ini ?”

“Tentu saja. Setelah mendengar perkataan Anda sebelumnya maka aku akan mencobanya. Aku akan pergi ke ibu kota dan bergabung dengan pasukan serigala perak.”

Yang dikatakan oleh Aira terdengar konyol karena sebenarnya kepala desa hanya menggodanya tadi. Gadis ksatria yang berada di belakangnya menatapnya dengan ragu karena pasukan yang diucapkan oleh Aira berada ditingkat yang lebih tinggi darinya.

Namun Aira mengatakannya dengan percaya diri dan lantang.

“Bagus sekali... dengan begitu mungkin aku tidak perlu khawatir.”

Sepertinya kepala desa merasa agak terkejut namun itu berubah menjadi perasaan bangga setelah melihat Aira yang bersungguh-sungguh.

“T-tunggu dulu ! apa kau yakin Aira ?”

Karena saking terkejutnya Rand tidak dapat berkata namun karena berusaha akhirnya ia dapat berbicara sekarang. Mau bagaimana pun ia tidak setuju Aira pergi dari desa ini.

“Tentu saja. Memang singkat namun sepertinya kita harus berpisah lagi. Aku juga akan mencari ayah, dengan begitu kita bertiga pasti dapat berkumpul kembali.”

Aira mengatakannya tanpa memandang ke arah Rand. Ia merasa sangat berat jika kembali mengingat Rand kalau dirinya harus pergi dari desa.

“Tidak... aku sangat khawatir... hidup sendirian itu sangat berat !”

Rand mengatakan itu bukan karena berarti ia meragukan Aira melainkan karena khawatir. Ia bisa berkata demikian karena selama ini ia hidup sendirian dan ia tahu betul rasanya, ia tidak ingin Aira merasakan hal yang sama setelah mengalami masalah ini.

“Ini menjengkelkan... saran, kenapa kalian tidak pergi bersama saja ? jika tetap berada di sini tentunya padangan orang-orang tidak akan sama lagi.”

Yang mengatakan itu adalah orang yang sejak tadi berada di belakang Rand dan Aira. Itu adalah gadis ksatria merpati biru. Suaranya terasa dingin dan tidak ragu sama sekali seolah ia sudah merasa lelah melihat mereka yang bertele-tele.

“Tunggu Myra... itu agak...”

Kepala desa berusaha untuk memperingatinya tapi sepertinya sudah terlambat karena ksatria itu sudah mengatakannya. Setelah mendengar itu tentu saja sudah jelas apa yang ada di pikiran Rand sekarang karena sebelumnya ia tidak memikirkan hal itu.

“Benar juga... biarkan aku ikut denganmu !”

“...”

Aira hanya dapat terdiam setelah Rand mengatakan itu. Ini sangat mengejutkan baginya namun dalam hatinya justru itu membuatnya senang. Jika dia dapat bersama dengan Rand maka tidak ada hal lain lagi yang ia inginkan.

Namun Aira sendiri tidak dapat melakukan itu. Ia tidak tahu bagaimana kehidupan yang sebenarnya di luar sana. Ia berpikir Rand lebih baik jika tetap di desa ini.

“Apa kau yakin ? kudengar kau jadi penakut dan kemampuanmu hilang begitu saja setelah insiden itu...”

“K-kalau itu...”

Rand menemukan jalan buntu setelah kepala desa mengatakan itu dengan nada yang seolah merasa prihatin. Yang dikatakannya memang benar, itu adalah masalah yang sedang menimpa Rand.

Aira ingin menjadi seorang ksatria dan jika dirinya ikut tentunya hanya akan menjadi beban jika dirinya tetap seperti ini.

“Jadi seperti itu keadaanmu sekarang...”

Aira mengatakannya dengan pelan sambil menundukkan kepalanya. Rand cukup terkejut saat mendengarnya. Ia belum pernah membicarakannya dengan Aira mengenai masalah itu. 

Dalam pikirannya Aira menjadi kecewa terhadap dirinya karena telah menjadi orang yang sangat payah. Padahal Rand selalu menuliskan kata-kata tidak akan kalah dari Aira yang berada di akademi saat menulis suratnya.

Memikirkan itu membuat kepalanya terasa sangat kacau.

“Semuanya akan baik-baik saja, aku akan berusaha melindunginya ! jika memang benar jika pandangan penduduk desa akan berubah terhadap Rand karena mereka tahu dia berhubungan denganku maka lebih baik dia bersamaku.”

Dengan penuh keyakinan Aira mengatakannya. Hal ini membuat Rand merasa senang sekaligus agak tidak nyaman saat mendengarnya. Ia merasa sangat tidak berguna jika Aira sampai harus melindunginya.

“Hahh... baiklah jika kalian berdua inginnya seperti itu...”

Kepala desa mengatakannya sambil menjatuhkan bahunya seolah ia sudah merasa lelah. Perkataannya terdengar seperti ‘terserah kalian berdua’ namun sepertinya kali ini ia ingin berkata dengan halus.

“Aku tidak berpikir semua ini adalah kesalahan kalian jadi karena aku adalah kepala desa yang baik maka aku membantu kalian sesuai kemampuanku. Aku telah menyiapkan sebuah kereta kuda untuk kalian.”

Seolah menyampaikan sebuah kabar gembira, kepala desa mengatakan itu dengan bersemangat sampai ia mengangkat tubuhnya dari kursinya yang empuk. Itu memang terdengar sesuatu yang bagus.

“T-tidak perlu, Anda tidak perlu repot-repot !”

Dengan gugup Aira berusaha untuk menolaknya namun hal itu mengakibatkan pertentangan dalam dirinya. Sebenarnya ia membutuhkannya, jika Rand ikut maka ia ingin perjalanan menuju ibu kota tidak menjadi sulit.

“Tidak apa-apa ! anggap saja ini hadiah dariku karena kau juga sudah berusaha untuk melawan makhluk itu kan ? lagi pula aku sudah menyiapkannya.”

“B-baiklah... terima kasih banyak kepala desa.”

 Mereka tidak dapat menolaknya jika kepala desa sudah berkata seperti itu. Lagi pula ini akan mempermudah perjalanan mereka.

“Sepertinya rumah kalian sudah hancur tapi apa kalian mau mencari barang-barang yang masih bagus di sana ? Myra akan menemani kalian.”

Kepala desa mengatakan itu.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »