Seorang gadis ksatria
berkata kalau kepala desa Mylre memanggil Rand dan Aira. Mereka berdua tidak
ada pilihan lain selain mengikutinya. Namun itu belum membuat mereka lepas dari
orang-orang desa yang ingin agar Aira pergi dari desa ini, mereka semua
mengikuti ke mana Rand dan Aira pergi.
Mereka berdua diarahkan
pada sebuah bangunan yang besar dengan cukup banyak penjaga yang berjaga di
luarnya. Letaknya berada di pusat desa yang mana tak terlalu jauh dari rumahnya
Rand.
Para penjaga itu
mengenakan sebuah seragam yang sama dengan gadis yang menuntun Rand dan Aira.
Itu berarti mereka adalah ksatria dari pasukan yang lebih tinggi dari para
ksatria yang berusaha untuk melawan [Catastrophe].
Namun para ksatria ini
tidak ada satu pun yang bertindak. Padahal secara tingkat kemampuan jauh lebih
besar dari ksatria-ksatria yang berada di pasukan ini. Namun mereka sudah
menjalankan tugas mereka yaitu melindungi kepala desa.
Mengalahkan monster bukan
kewajiban mereka selama monster itu tidak menyerang orang yang harus mereka
lindungi. Namun tentunya ini tidak adil, tapi tak ada orang-orang desa yang
berani untuk menyalahkan mereka karena tidak ikut bertindak.
Para ksatria itu
mengamankan orang-orang yang mengikuti Aira dan Rand yang berusaha untuk
memasuki wilayah kediaman kepala desa.
Tempat ini cukup megah,
begitu pun di dalamnya. Namun Rand dan Aira sama sekali tidak tertarik untuk
meliriknya, mata mereka seolah sudah mati. Mereka hanya mengikuti gadis ksatria
yang berjalan di depannya.
Rand melirik Aira. Aira
telah menggunakan pakaian lain karena seragamnya telah rusak akibat pertarungan
sebelumnya. Ksatria di pos yang memberikannya dengan percuma.
Ia kelihatan sangat
tenang meskipun dalam keadaan seperti ini.
“Hah... kepala desa sudah
menunggu kalian di dalam...”
Sambil menghela napas
gadis ksatria itu berkata demikian. Ia berhenti dan menunjukkan sebuah ruangan
dengan dua pintu yang cukup besar.
Aira dan Rand segera
memasuki ruangan itu ditemani oleh gadis ksatria tersebut. Di dalam sana ada
seorang pria tengah menunggu mereka dengan wajah bosan di meja kerjanya.
Dia terlihat tidak
terlalu tua, mungkin usianya baru saja memasuki usia 30 tahunan. Ia bukan
penduduk asli namun tidak ada yang keberatan karena semenjak desa ini dalam
pemerintahannya desa ini menjadi lebih maju.
“Di luar sangat berisik
ya...”
Keluhnya sambil menggaruk
kepalanya. Sejak awal rambutnya sudah terlihat acak-acakan, sepertinya dia
tengah memikirkan banyak hal.
Rand dan Aira tidak
berani untuk membalasnya. Meskipun tidak ada bukti yang jelas namun mereka
berdua menjadi benar-benar sangat bersalah sekarang mengenai semua kekacauan
ini.
Namun kepala desa
menghela napas karena tidak ada satu pun orang yang membalasnya.
“Hah... apa kalian berdua
tahu kenapa kalian dipanggil ke sini ?”
“Anda akan mengusirku
dari desa ini, bukan ?”
Aira menjawabnya dengan
spontan. Itu membuat Rand sangat terkejut sedangkan kepala desa kembali
menghela napas dengan wajah seolah merasa bosan.
“Jadi kau sudah menyerah
ya. Hah, membosankan sekali. Tapi ya keadaan desa kita memang sedang gawat,
entah berapa biaya yang diperlukan untuk memperbaiki desa. Yahh, laporan
kerusakannya sudah sampai sih...”
Kemudian kepala desa
mengambil selembar kertas lalu melihatnya dengan wajah yang merasa sangat sulit
lalu meletakkannya kembali bersamaan dengan suara desahnya yang panjang.
“[White Head] lalu [Catastrophe], desa kita mendapatkan
guncangan keras dua kali dalam waktu yang berdekatan. Rand Maynar, kau
satu-satunya korban yang selamat bukan ? bisa kau ceritakan lebih lanjut
mengenai [White Head] ?”
“Uhh...”
Rand
spontan menutup mulutnya setelah mendengar perkataan dari kepala desa. Perutnya
terasa seolah bergejolak dan mulutnya terasa tidak enak. Tiba-tiba ia merasa
mual setelah mendengar perkataan dari kepala desa. Bukan karena kata-katanya
melainkan kejadian buruk itu kembali terbayang dikepalanya.
“Aduh...
maafkan aku, aku tidak mengira kalau itu akan memberikan dampak sebesar ini.
Yahh, menurut laporan yang kuterima memang keadaannya sangat mengerikkan.
Semuanya terbunuh kecuali dirimu.”
Kepala
desa merasa agak menyesal setelah melihat reaksi dari Rand. Namun sepertinya ia
tidak terlihat benar-benar menyesal, ia malah melanjutkan perkataannya mengenai
insiden itu.
Perasaan
tidak nyaman Rand semakin menjadi.
“A-apa
yang telah terjadi ?”
Mendengar perkataan dari
kepala desa membuat Aira menjadi tidak tenang. Ia mendengar tentang semuanya
terbunuh dan Rand terlibat ke dalamnya.
Ia sendiri baru
mendengarnya. Mereka berdua selalu bertukar surat dan menceritakan apa saja
yang telah terjadi pada mereka masing-masing.
Meskipun sudah berjanji
agar menceritakan apa pun masalahnya namun belum tentu mereka akan melakukan
itu karena mereka berdua tidak ingin membuat khawatir satu sama lain.
Jika itu masalahnya maka
Aira juga memakluminya, karena ia juga seperti itu. Ia tidak menceritakan semua
hal dalam suratnya.
“Beberapa hari yang lalu
juga terjadi sebuah insiden di hutan. Sesosok monster yang diberi nama [White
Head] membantai para pemburu terbaik kami. Syukurnya Rand Maynar dapat selamat“
“Sudah cukup ! tolong
jangan dilanjutkan !”
Rand berteriak sambil
menahan rasa mualnya yang semakin menjadi. Ia berusaha menghentikan kepala desa
yang terus mengungkit masalah itu.
“Hahh... padahal aku
hanya menjawab pertanyaan dari sepupumu...”
“Ini memang sudah
terlambat, tapi kenapa Anda tahu namaku ? padahal kita baru pertama kali
bertemu ?”
Aira tiba-tiba saja
menatap kepala desa dengan sangat serius. Ia berusaha untuk melupakan
masalahnya terlebih dahulu karena hal ini terasa ganjil bagi dirinya.
“Hah... aku ini kepala
desa, aku mendapatkan informasimu dari para penjaga yang berada di gerbang
masuk. Namamu, asalmu dan tujuanmu masuk ke desa.”
Dengan percaya diri
kepala desa mengatakan itu. Dalam pikirannya ia melihat Aira yang menjadi
malu-malu karena telah berkata seperti itu padanya.
Namun kenyataannya wajah
Aira sama sekali tidak berubah, malah ia semakin menyipitkan matanya. Seolah ia
sama sekali tidak tahu apa yang kepala desa bicarakan, itu terdengar aneh
baginya.
“Eh ? mereka tidak
melakukannya ?”
Kepala desa terlihat
kebingungan dan merasa bodoh. Ekspresi yang ia harapkan dari Aira malah membuat
dirinya sendiri yang mengeluarkan ekspresi tersebut.
“Mereka hanya menanyakan
asalku saja...”
Sambil menghela napas
Aira mengatakan itu.
“Y-yahh... desa kita ini
terlalu longgar... meskipun kau adalah siswi dari akademi ksatria seharusnya
mereka menanyakan informasi yang jelas darimu. Aku akan memberitahu mereka
nanti...”
Lalu kepala desa berusaha
agar kembali terlihat tenang namun tangannya tidak terlihat seperti itu. Ia
mencari-cari sesuatu dari tumpukan kertas lalu mengambilnya satu dan menuliskan
sesuatu di sana.
Kepala desa terlalu
banyak mengetahui mengenai mereka berdua.
“Oh iya, berarti sekarang
kau sudah lulus. Selamat ya ! jadi, kau mau bergabung ke dalam pasukan apa ?
jika kau punya target yang tinggi kau pasti ingin bergabung dengan serigala
perak, pasukan elite yang tidak memandang status.”
Tiba-tiba kepala desa
berkata demikian. Ia terlihat seolah ikut berbahagia dengan kelulusan Aira.
Namun bukannya senang namun hal itu malah membuat Aira sangat bingung.
“Y-ya, terima kasih
banyak. Untuk bergabung ke dalam pasukan aku belum terlalu memikirkannya tapi
kalau serigala perak mungkin terlalu tinggi untuk aku yang tidak memiliki
kekuatan yang besar...”
Aira mengatakannya dengan
ragu-ragu. Dirinya memang sudah lulus dari akademinya yang merupakan
bibit-bibit baru untuk semua pasukan ksatria.
Kebanyakan dari
akademinya telah memikirkannya jauh sebelum kelulusan mereka. Ada yang
menginginkannya sesuai kemampuan dan kedudukannya, ada juga yang terlihat akan
pasti masuk dalam pasukan paling tinggi.
Namun Aira tidak
termasuk. Memang kemampuannya sudah diakui oleh banyak orang di akademinya
namun Aira sama sekali tidak memikirkannya. Yang ia pikirkan hanya ingin
berkumpul dengan keluarganya.
Ia memang ingin menjadi
kuat namun bukan keinginannya untuk masuk ke dalam akademi ksatria. Namun
karena ia pikir itu adalah satu-satunya jalan untuk menjadi kuat maka ia tidak
ada pilihan lain lagi.
Kemampuannya ini ingin ia
gunakan untuk melindungi keluarganya, namun ternyata kenyataannya tidak seperti
itu.
Sekeras apa pun usahanya ia sama sekali tidak dapat melukai [Catastrophe], hati kecilnya memang
berkata kalau hal itu tidak dapat dihindari karena lawannya terlalu kuat. Namun
ia tidak ingin berpikir demikian, bagaimana pun ia harus menjadi lebih kuat
lagi.
“Jangan
merendah. Aku tahu kau sangat hebat, kau ini putri Gil kan ? dia benar-benar
sangat hebat !”
“Anda
tahu ayahku ?”
Spontan
Aira mengatakan itu sambil ia agak mendekati kepala desa, itu agak
mengejutkannya. Rand sendiri agak telat menyadarinya karena ia masih
terpengaruhi perkataan kepala desa tadi yang mengungkit masalahnya.
Mereka
tidak akan menyangka bahwa kepala desa akan mengetahui Gil. Sekarang mereka
berdua tidak tahu keberadaannya, jika kepala desa mengenalnya ada kemungkinan
dia tahu alasan Gil pergi dari desa ini dan keberadaannya sekarang.
“Aduh−
Y-yahh... kami ini kenalan yang cukup dekat. Aku rasa itu alasan kenapa aku
tahu cukup banyak mengenai kalian berdua.”
Kepala
desa mengatakannya dengan agak terlihat gugup. Sepertinya ia cukup menyesal
karena tindakannya yang membahas Gil. Perkataannya sekarang seolah banyak yang
berusaha ia tutupi.
Aira
menyipitkan matanya. Itu masih belum cukup untuk sebuah jawaban yang jelas
terlebih lagi sikapnya yang aneh. Namun Rand tidak terlalu memikirkan itu dan
melontarkan sebuah pertanyaan.
“Apa
Anda tahu kenapa paman Gil meninggalkan desa ini dan di mana keberadaannya
sekarang ?”
Rand
menanyakannya dengan wajah yang terlihat seolah sangat ingin mengetahuinya.
Namun kepala desa tidak langsung menjawabnya. Ia menggaruk kepalanya sambil menghela
napas dengan berat dan wajah yang rumit. Sepertinya itu sesuatu yang sangat
sulit untuk dijawab.
“Bagaimana
mengatakannya ya... yahhh... bisa dikatakan Gil juga mengalami hal yang sama
dengan kalian yaitu banyak penduduk desa yang menginginkannya pergi dari desa
ini. Karena tidak ingin kalian terlibat maka Gil segera melakukannya. Karena
susunan desa ini baru saja terbentuk pada saat itu maka tidak ada yang
mengetahui bahwa kalian ada hubungan dengan Gil.”
Itu
kenyataan yang tidak terduga. Rand sejak dulu yakin kalau pamannya itu pergi
bukan karena tanpa alasan. Jika ini alasannya, sebenarnya ia tidak keberatan
ikut diusir dari desa jika tetap bersama dengan pamannya.
Tapi
ia yakin pasti ada hal lain lagi sampai pamannya itu tidak memberitahu dan
membawanya meskipun ia tidak memiliki petunjuk sedikit pun untuk mengetahui
alasan itu.
“Kalau
untuk keberadaannya aku tidak tahu...”
Tambah
kepala desa. Itu membuat Rand dan Aira kecewa karena tidak dapat mengetahui
keberadaannya. Namun Gil sudah pergi sejak lama, Rand dapat memaklumi itu
karena tidak mungkin juga Gil memberi tahu semuanya pada orang lain.
“Kalau
begitu kenapa paman Gil sampai harus diusir ? memangnya apa yang dilakukannya
pada saat itu ?”
Rand
agak menaikkan suaranya karena terlalu ingin mengetahuinya. Terakhir ia
menyadari kalau ia telah berlaku tidak sopan pada kepala desa.
“Hah...
itu hal yang terlalu rumit, lagi pula aku tidak terlalu tahu permasalahannya.
Yang aku tahu hanya itu saja.”
Suaranya
mendingin. Sepertinya kepala desa tidak ingin mengingat hal itu. Dirinya yang
berkata tidak tahu apa-apa terasa seperti pengalihan saja agar mereka tidak
membahas hal ini lagi.
Lagi
pula mereka berdua berada di sini bukan untuk membahas Gil melainkan karena
masalah mereka sendiri. Menyadari itu Rand dan Aira menundukkan kepalanya.
“Baiklah...
kita kembali ke masalah utama kita sekarang. [Catastrophe] muncul, tapi aku tidak
tahu kenapa penduduk desa menyalahkan Aira. Yang kudengar makhluk itu
mengincarmu, jadi bagaimana tanggapanmu Aira ?”
“Meskipun
Anda bilang seperti itu tapi aku tidak tahu apa pun. Tapi sepertinya makhluk
itu memang hanya terfokus padaku.”
Aira memang memilih untuk
melawan makhluk itu namun makhluk itu mau bagaimana pun berusaha untuk
menangkap dirinya. Saat orang-orang melawannya pada awalnya makhluk itu
mengabaikan mereka dan tetap terfokus pada Aira.
Tapi seberapa keras Aira
untuk berpikir ia tidak menemukan jawaban kenapa makhluk itu mengincarnya. Jika
masalah kekuatan tentunya banyak orang yang jauh lebih kuat dari Aira di desa
ini.
Jika ada benda yang
memancingnya ia rasa tidak ada yang semacam itu ditubuhnya lagi pula dulu ia
tinggal di sini dan semuanya baik-baik saja.
Namun ia telah mendengar
cerita mengenai ayahnya maka tanggapannya dalam masalah ini sudah jelas.
“Begitu ya... kau tidak
berniat memanggilnya dengan sengaja bukan ?”
“Tentu saja Aira tidak
akan berpikir begitu !”
Yang mengatakan itu
adalah Rand dengan agak membentak. Spontan ia mengatakannya tanpa berpikir
kalau itu sopan atau tidak.
“T-tenanglah Rand...
kepala desa tidak menuduhku... maafkan dia kepala desa...”
Aira segera berusaha
menenangkan Rand dengan menjelaskan maksud dari kepala desa. Ia juga segera
meminta maaf lalu disusul oleh Rand yang ikut meminta maaf.
“M-maafkan aku... aku
tidak dapat menahan emosiku jika mendengar seperti itu...”
“Tidak apa-apa... aku
paham...”
Tapi sepertinya kepala
desa tidak terganggu dengan itu. Ia membalasnya sambil tersenyum. Lalu ia
mengambil selembar kertas dan melihatnya dengan serius.
“Banyak penduduk desa
yang menginginkan Aira pergi dari desa ini. Tentunya ini tak lama sampai semua
penduduk desa menginginkan hal ini. Sebenarnya aku tidak ingin kau pergi dari
desa ini dan membuatmu dapat tetap di sini namun tentu saja semuanya tidak akan
sama jika kau tinggal di desa ini mulai sekarang. Jadi, bagaimana menurutmu ?”
Kepala desa menyimpan
kertas di tangannya ke tempat semula lalu kembali melihat ke arah Aira dengan
sangat serius.
Aira mengambil napas
dalam-dalam sebelum menjawab perkataan dari kepala desa. Tentunya ia sudah
memikirkannya matang-matang. Ia sudah tidak ragu lagi untuk keputusannya ini.
“Aku akan segera pergi
dari desa ini. Rand bisa tetap tinggal di desa ini bukan ?”
Itulah jawabannya. Tentu
saja Rand sangat terkejut saat mendengarnya. Padahal mereka berdua baru saja bertemu
lagi setelah sekian lama.
“Begitu ya... tentu saja
Rand dapat tinggal di desa ini. Tapi apakah kau sudah memikirkannya
matang-matang ? apa kau punya tujuan setelah pergi dari desa ini ?”
“Tentu saja. Setelah
mendengar perkataan Anda sebelumnya maka aku akan mencobanya. Aku akan pergi ke
ibu kota dan bergabung dengan pasukan serigala perak.”
Yang dikatakan oleh Aira
terdengar konyol karena sebenarnya kepala desa hanya menggodanya tadi. Gadis
ksatria yang berada di belakangnya menatapnya dengan ragu karena pasukan yang
diucapkan oleh Aira berada ditingkat yang lebih tinggi darinya.
Namun Aira
mengatakannya dengan percaya diri dan lantang.
“Bagus sekali... dengan
begitu mungkin aku tidak perlu khawatir.”
Sepertinya kepala desa
merasa agak terkejut namun itu berubah menjadi perasaan bangga setelah melihat
Aira yang bersungguh-sungguh.
“T-tunggu dulu ! apa kau
yakin Aira ?”
Karena saking terkejutnya
Rand tidak dapat berkata namun karena berusaha akhirnya ia dapat berbicara
sekarang. Mau bagaimana pun ia tidak setuju Aira pergi dari desa ini.
“Tentu saja. Memang
singkat namun sepertinya kita harus berpisah lagi. Aku juga akan mencari ayah,
dengan begitu kita bertiga pasti dapat berkumpul kembali.”
Aira mengatakannya tanpa
memandang ke arah Rand. Ia merasa sangat berat jika kembali mengingat Rand
kalau dirinya harus pergi dari desa.
“Tidak... aku sangat
khawatir... hidup sendirian itu sangat berat !”
Rand mengatakan itu bukan
karena berarti ia meragukan Aira melainkan karena khawatir. Ia bisa berkata
demikian karena selama ini ia hidup sendirian dan ia tahu betul rasanya, ia
tidak ingin Aira merasakan hal yang sama setelah mengalami masalah ini.
“Ini menjengkelkan...
saran, kenapa kalian tidak pergi bersama saja ? jika tetap berada di sini
tentunya padangan orang-orang tidak akan sama lagi.”
Yang mengatakan itu
adalah orang yang sejak tadi berada di belakang Rand dan Aira. Itu adalah gadis
ksatria merpati biru. Suaranya terasa dingin dan tidak ragu sama sekali seolah
ia sudah merasa lelah melihat mereka yang bertele-tele.
“Tunggu Myra... itu
agak...”
Kepala desa berusaha
untuk memperingatinya tapi sepertinya sudah terlambat karena ksatria itu sudah
mengatakannya. Setelah mendengar itu tentu saja sudah jelas apa yang ada di
pikiran Rand sekarang karena sebelumnya ia tidak memikirkan hal itu.
“Benar juga... biarkan
aku ikut denganmu !”
“...”
Aira hanya dapat terdiam
setelah Rand mengatakan itu. Ini sangat mengejutkan baginya namun dalam hatinya
justru itu membuatnya senang. Jika dia dapat bersama dengan Rand maka tidak ada
hal lain lagi yang ia inginkan.
Namun Aira sendiri tidak
dapat melakukan itu. Ia tidak tahu bagaimana kehidupan yang sebenarnya di luar
sana. Ia berpikir Rand lebih baik jika tetap di desa ini.
“Apa kau yakin ? kudengar
kau jadi penakut dan kemampuanmu hilang begitu saja setelah insiden itu...”
“K-kalau itu...”
Rand menemukan jalan
buntu setelah kepala desa mengatakan itu dengan nada yang seolah merasa
prihatin. Yang dikatakannya memang benar, itu adalah masalah yang sedang
menimpa Rand.
Aira ingin menjadi
seorang ksatria dan jika dirinya ikut tentunya hanya akan menjadi beban jika
dirinya tetap seperti ini.
“Jadi seperti itu
keadaanmu sekarang...”
Aira mengatakannya dengan
pelan sambil menundukkan kepalanya. Rand cukup terkejut saat mendengarnya. Ia
belum pernah membicarakannya dengan Aira mengenai masalah itu.
Dalam pikirannya Aira
menjadi kecewa terhadap dirinya karena telah menjadi orang yang sangat payah.
Padahal Rand selalu menuliskan kata-kata tidak akan kalah dari Aira yang berada
di akademi saat menulis suratnya.
Memikirkan itu membuat
kepalanya terasa sangat kacau.
“Semuanya akan baik-baik
saja, aku akan berusaha melindunginya ! jika memang benar jika pandangan
penduduk desa akan berubah terhadap Rand karena mereka tahu dia berhubungan
denganku maka lebih baik dia bersamaku.”
Dengan penuh keyakinan
Aira mengatakannya. Hal ini membuat Rand merasa senang sekaligus agak tidak
nyaman saat mendengarnya. Ia merasa sangat tidak berguna jika Aira sampai harus
melindunginya.
“Hahh... baiklah jika
kalian berdua inginnya seperti itu...”
Kepala desa mengatakannya
sambil menjatuhkan bahunya seolah ia sudah merasa lelah. Perkataannya terdengar
seperti ‘terserah kalian berdua’ namun sepertinya kali ini ia ingin berkata
dengan halus.
“Aku tidak berpikir semua
ini adalah kesalahan kalian jadi karena aku adalah kepala desa yang baik maka
aku membantu kalian sesuai kemampuanku. Aku telah menyiapkan sebuah kereta kuda
untuk kalian.”
Seolah menyampaikan
sebuah kabar gembira, kepala desa mengatakan itu dengan bersemangat sampai ia
mengangkat tubuhnya dari kursinya yang empuk. Itu memang terdengar sesuatu yang
bagus.
“T-tidak perlu, Anda
tidak perlu repot-repot !”
Dengan gugup Aira
berusaha untuk menolaknya namun hal itu mengakibatkan pertentangan dalam
dirinya. Sebenarnya ia membutuhkannya, jika Rand ikut maka ia ingin perjalanan
menuju ibu kota tidak menjadi sulit.
“Tidak apa-apa ! anggap
saja ini hadiah dariku karena kau juga sudah berusaha untuk melawan makhluk itu
kan ? lagi pula aku sudah menyiapkannya.”
“B-baiklah... terima
kasih banyak kepala desa.”
Mereka tidak dapat menolaknya jika kepala desa
sudah berkata seperti itu. Lagi pula ini akan mempermudah perjalanan mereka.
“Sepertinya rumah kalian
sudah hancur tapi apa kalian mau mencari barang-barang yang masih bagus di sana
? Myra akan menemani kalian.”
Kepala desa mengatakan itu.