Catastrophe in Ouriden - Mendung (3)

Hari ini adalah pagi yang cerah. Seperti biasa, orang-orang di desa ini melakukan aktivitas kesehariannya. Karena desa ini berada di daerah pinggiran laut maka banyak yang melakukan aktivitasnya di lautan.

Kapal-kapal pencari ikan telah berlayar saat dini hari sedangkan daerah pantai tidak terlihat ada orang yang beraktivitas di sana. Banyak puing-puing dari bangunan yang membuat pemandangan di tempat ini tidak mengenakan.

Namun ada satu sebuah bangunan besar nan kokoh yang masih berdiri di antaranya dengan sebuah menara yang tinggi. Terlihat beberapa orang yang mengenakan baju zirah menempati tempat itu dan mengawasi sekitarnya.

Mereka adalah para ksatria yang ditugaskan untuk mengawasi tempat ini. Pekerjaan ini memang terkesan membosankan namun mereka semua harus melakukannya dengan bersungguh-sungguh.

Tempat ini adalah perbatasan kerajaan dan banyaknya puing-puing di tempat ini menjelaskan bahwa tempat ini pernah menjadi sebuah medan perang. Meskipun sudah sepuluh tahun berlalu namun mereka tidak akan tahu apakah musuh akan datang kembali atau tidak.

Namun jika ada ancaman yang datang mereka hanya dapat melaporkannya ke pihak yang lebih berwajib karena meskipun ini tugas untuk mengawasi perbatasan namun jumlah mereka hanya belasan. Kekuatan mereka tidak cukup untuk mengatasi ancaman yang datang.

Untuk lautan tidak ada tanda jelas dalam hal kekuasaan namun para pencari ikan tidak berani untuk berlayar jauh-jauh dari daratan. Sejauh ini mereka melakukan rutinitas mereka dengan lancar tanpa ancaman sedikit pun.

Tapi sepertinya hari ini akan berbeda.

Langit yang cerah tiba-tiba saja menjadi mendung dengan sangat cepat. Angin dingin berhembus dengan sangat kencang dan sebuah kabut muncul di lautan.

Para ksatria yang melihat ini tentunya merasa cukup panik. Cuacanya tiba-tiba saja menjadi buruk, tentunya ini sangat buruk untuk berlayar. 

Para pencari ikan yang telah berpengalaman tentunya dapat memperkirakannya jika akan ada cuaca yang buruk namun jika mereka semua berlayar berarti seharusnya cuacanya baik-baik saja.

Namun mau bagaimana pun ini semua terlihat tidak wajar. Air laut di satu titik terlihat bergejolak seolah sesuatu akan keluar dari sana. Sampai saat ini para ksatria itu hanya dapat memperhatikannya.

Sebuah cahaya merah muncul dari dalam air. Hal itu membuat para ksatria merasa semakin panik. Salah seorang dari mereka telah bersedia untuk menyalakan lonceng peringatan yang berada di menara.

Sebuah gelombang besar muncul dan sesuatu yang besar hitam dengan cahaya merah di bagian atasnya keluar dari air. Kali ini mereka tidak ragu lagi kalau ini merupakan sebuah ancaman dan menyalakan lonceng peringatannya.

Tentunya ini akan membuat kepanikan di dalam desa. Ukurannya memang besar namun mereka ksatria dengan jumlah belasan seharusnya dapat mengatasi sesosok monster. Tapi sepertinya tidak, wajah mereka terlihat seolah semuanya akan segera berakhir.

Monster itu memasuki daratan dan terus berjalan lurus menuju desa mengabaikan apa pun yang ada di depannya. Tidak ada satu pun dari ksatria itu yang berani untuk menghadapinya.

Sedangkan di rumah Rand.

“Ahh...”

Ia terkejut karena langit-langit yang dilihatnya tidak terlihat seperti biasanya saat terbangun. Namun kemudian ia teringat semuanya.

“Aku ketiduran...”

Keluhnya, namun itu wajar. Ia merasa cukup kelelahan akibat perjalanannya menuju ke sini. Jaraknya cukup jauh dan perlu hampir seharian untuk sampai.

“Rand lama sekali... sebenarnya dia sedang apa...”

Ia melihat-lihat sekelilingnya. Rumah ini hanya ada dirinya seorang. Entah sudah berapa lama ia tertidur namun sepertinya Rand belum juga kembali ke rumah. Rand pergi begitu saja tak lama setelah dirinya berada di rumah ini.

Aira, ia adalah sepupu dari Rand. Karena telah lulus dari akademinya maka ia kembali ke rumah ini.

“Tapi di luar sepertinya sangat ribut sekali...”

Aira mengeluh dengan keadaan di luar yang sangat ribut. Itu adalah alasan dirinya terbangun. Tapi sepertinya itu bukan hal yang sepele, Aira segera memeriksanya keluar.

Ia pergi keluar lalu melihat sekelilingnya. Orang-orang berlarian dengan tergesa-gesa−tidak, jika Aira memperhatikannya lagi mereka terlihat seperti sangat ketakutan. 

Dari luar sini ia mendengar sebuah suara lonceng, meskipun baru berada di desa ini namun ia tahu arti dari suara itu.

“Awas ! Menjauhlah !”

Seseorang berteriak kepada Aira. Ia tidak mengerti namun karena terdengar serius maka ia langsung mengikutinya dengan segera meloncat menjauhi rumah. 

Karena telah menjalani latihan maka tingkat loncatannya sudah tidak masuk akal lagi. Satu loncatan saja ia sudah berada jauh dari rumah sekarang.

Namun hal itu bersamaan dengan sebuah suara yang sangat keras. Bukan karena loncatan dari Aira namun rumah yang barusan ia tempati tadi telah hancur begitu saja. 

Bukan tanpa sebab namun Aira melihat makhluk hitam besar ada di sana. Cahaya merah yang mungkin matanya menatap ke arah Aira.

Orang-orang ketakutan setengah mati melihat makhluk itu. Bukan rumah Rand saja namun makhluk itu telah meratakan bangunan-bangunan yang ada di belakangnya namun anehnya makhluk itu berhenti setelah menghancurkan rumah Rand.

“GHAAAAHHHH...”

Tiba-tiba saja makhluk itu mengeluarkan suara keras yang entah dari mana munculnya karena yang terlihat makhluk itu tidak memiliki sebuah mulut. Makhluk itu menjadi agresif dan mengincar Aira, padahal banyak orang di sekitarnya.

Namun tidak seperti orang-orang yang lainnya yang akan segera lari namun Aira diam saja sambil menundukkan kepalanya. Bukan berarti dia sangat ketakutan sampai tidak dapat bergerak namun ia berusaha untuk memendam amarahnya karena telah melihat rumahnya dihancurkan begitu saja.

Ia memiliki jiwa dan kemampuan yang telah ditempa agar menjadi sorang ksatria, ia juga memiliki sebuah pedang di pinggangnya. Maka yang ia pikirkan adalah melawan makhluk ini.

Jika dibiarkan saja makhluk ini akan mengakibatkan kerusakan yang sangat besar dan mungkin saja korban jiwa yang banyak. 

Aira menghunuskan pedangnya dan menunggu makhluk itu ada di dekatnya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »