“Terima kasih...”
“Terima kasih kembali...”
Rand membalasnya dengan
ramah sambil menerima bungkusan dari orang yang ada di depannya setelah
menukarnya dengan sejumlah uang.
Di sini cukup ramai, itu
membuatnya agak tidak nyaman. Ia segera pergi dari sini setelah tidak ada yang
ia perlukan lagi.
Ia membawa cukup banyak kantong
kain yang berisi beberapa bahan makanan yang telah ia beli dari pasar tadi. Ini
masih pagi jadi ia mendapatkan semua bahan yang ia perlukan− atau lebih
tepatnya yang ia pikirkan.
Sebenarnya ia tidak
memerlukan terlalu banyak bahan makanan.
“Aku malah membeli semua
yang kupikirkan...”
Rand menyesal karena
telah membelinya sebanyak ini. Karena kebiasaannya yang berhemat selama ini
membuatnya mempunyai banyak uang sekarang ini.
Uang yang ia keluarkan
tadi senilai dengan kebutuhannya dalam seminggu. Ia berniat untuk merayakan
kelulusan dan kepulangan Aira. Tapi kalau ia telah menghabiskan uang sebanyak
ini mungkin agak gawat.
Tidak masalah jika Rand
dapat melakukan pekerjaannya yang seperti biasa. Namun kejadian yang telah menimpanya
memberi dampak yang sangat besar terhadap dirinya secara psikologis. Jika
diingat kembali ia akan merasa dirinya bergetar sangat hebat.
“Mungkin aku harus
mencari pekerjaan lain... sepertinya sisa uangku hanya cukup sampai satu
bulan.”
Rand mengatakan itu dengan
pelan sambil merenungkannya. Hal itu membuatnya tidak terlalu memperhatikan
jalannya.
“M-maafkan aku !”
Ia membuat kesalahan.
Tubuhnya menyenggol orang yang berjalan dari arah yang berlawanan dengannya.
Rand segera meminta maaf sambil menundukkan kepalanya dalam – dalam.
Namun sepertinya orang
itu tidak peduli dan melewatinya begitu saja. Sikapnya membuat Rand agak tidak
nyaman. Tapi itu lebih baik dari pada orang yang membesar-besarkan masalahnya.
Orang itu mengenakan
sebuah jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. Dari posturnya terlihat
seperti seorang pria. Orang terlihat mencurigakan namun Rand berusaha untuk
menyingkirkan pemikiran yang negatifnya.
Langit terlihat agak
mendung. Terlihat jubah yang dikenakannya seperti bahan anti basah. Rand
berpikir kalau orang itu melakukan tindakan cepat sebelum hujan.
“Sepertinya aku harus
segera kembali...”
Tempat ini cukup jauh
dari tempat tinggal Rand. Akan gawat jika hujan turun terlebih dahulu jika ia
belum kembali. Rand segera berlari agar ia dapat segera kembali ke rumahnya.
“Akhir – akhir ini
monster di hutan semakin banyak. Jika dibiarkan warga yang tinggal di daerah
dekat hutan akan dalam bahaya...”
“Ya, banyak warga yang
kehilangan ternak mereka. Ya, itu tidak terlalu buruk daripada ada warga yang
menjadi makanan para monster itu.”
“Tapi semenjak munculnya
[White Head] kita jadi kekurangan para pemburu. Dan juga akan gawat jika kita
bertemu dengan monster itu lagi.”
Tak sengaja Rand
mendengar pembicaraan itu dari tiga pria yang sedang berbicara satu sama lain
di sisi jalan.
Rand bukan tipe orang
yang percaya diri namun sebelum hal buruk itu terjadi mungkin ia akan berbicara
‘bolehkah aku bergabung ?’ pada tiga pria itu. Namun sekarang percakapan itu
membuatnya sangat merasa tidak nyaman.
Jika bisa Rand ingin
menutup telinga dengan kedua tangannya. Namun ia tidak dapat melakukannya
karena membawa bawaan. Karena itu ia mempercepat larinya sekuat tenaga.
Sayangnya hal itu malah membuat perhatian tiga pria itu terarah pada dirinya.
“Hei ! tolong berhenti !”
Salah satu dari tiga pria
itu memanggilnya. Rand tidak ada pilihan lain selain berhenti karena jika terus
berlari maka akan dianggap tidak sopan.
“A-ada apa ?”
Dengan kaku Rand
mengatakan itu sambil berbalik. Pria yang memanggilnya itu menghampirinya.
“Aku sering melihatmu
ikut pemburuan monster. Kami mau melakukannya malam ini jadi apa kau mau ikut ?
kami agak kekurangan orang...”
“Umm...”
Rand hanya menyuarakan
itu. Wajahnya terlihat tegang. Mungkin bagi orang lain ia terlihat seperti gugup
atau merasa tegang tapi sebenarnya Rand merasa benar – benar tidak nyaman
sekarang dan mulutnya seolah tidak dapat berbicara.
“Kenapa kau tegang
seperti itu ? jangan khawatir ! meskipun wajahku seram tapi sebenarnya aku ini
orang baik. Jadi jangan perlu takut.”
Pria itu terheran – heran
melihat wajah reaksi Rand lalu dengan percaya diri ia mengatakan mengenai
dirinya.
“Oi ! jangan seenaknya
memanggil orang lain !”
Dua pria yang lainnya
segera menyusulnya dan salah satu dari mereka mengatakan itu. Dan mereka berdua
terkejut saat melihat Rand.
“Apa – apaan kau ini ?
kita memang kekurangan orang tapi jangan ajak dia !”
“Kenapa kau ini ? apa
masalahnya ? kudengar dia cukup hebat untuk pemuda sepertinya, jadi dia pasti
baik – baik saja.”
“Memang, tapi tolong
jangan dia !”
“Kenapa kalian ini ?”
Pria yang mengajak Rand
merasa kesal karena kedua temannya menentang dirinya yang menawarkan ajakan
pada Rand. Mereka mengatakannya masih dengan agak keras meskipun ada Rand di
hadapan mereka.
“Kau tidak tahu ? dia adalah
satu-satunya orang yang selamat dari insiden [White Head].”
“Ya, itu pasti membuatnya
sangat trauma. Suatu kesalahan jika kita mengajaknya berburu sekarang,
kejadiannya masih beberapa hari yang lalu.”
Kedua pria yang
menentangnya berkata demikian. Lalu pria yang mengajak Rand terlihat sangat
terkejut dan merasa bersalah.
“M-maafkan aku ! aku
tidak tahu mengenai hal itu, aku tidak bermaksud buruk...”
Pria itu meminta maaf
sambil membungkukkan tubuhnya dalam – dalam. Menandakan kalau ia benar – benar sangat
menyesal.
“T-tidak apa – apa.
Justru aku yang harus meminta maaf karena tidak dapat membantu kalian. Karena
ada urusan yang mendadak aku permisi dulu.”
Setelah mengatakan itu
Rand segera pergi dari sini. Itu mungkin agak tidak sopan namun Rand merasa
tidak memiliki pilihan lain lagi.
“Hei !”
Pria yang sebelumnya
mengajaknya berusaha untuk kembali memanggilnya. Ia terkejut karena Rand pergi
begitu saja.
“Padahal aku mau
mentraktirnya sebagai permintaan maaf.”
“Sudah, jika dia bersama
kita yang seorang pemburu hanya akan membuatnya teringat kembali kejadian itu.”
Pria yang mengajak Rand
merasa tidak enak karena tidak dapat mewujudkan niatnya namun rekannya berusaha
agar ia tidak mendekati Rand lagi.
Rand sendiri tidak ada
masalah dengan pria-pria tadi namun setelah mendengar pembahasan mereka
membuatnya merasa sangat tidak nyaman, bahkan ia merasa mual karena kejadian
buruk itu tergambar di pikirannya.
[White Head] itu adalah
nama yang diberikan orang – orang kepada insiden itu sekaligus monster yang menyebabkan
insiden itu.
Malam itu para pemburu
monster termasuk Rand menjalankan aktivitasnya seperti biasa yaitu membersihkan
monster yang ada di hutan sekitar daerah desa ini. Namun tak ada satu pun dari
mereka yang membayangkan kalau malam itu akan menjadi malam yang sangat tragis.
Memang pekerjaan ini
nyawa adalah taruhannya namun karena kekuatan yang telah mereka bangun
masing-masing dengan usaha yang keras dan kerja sama serta pengalaman, mereka
yakin mereka semua akan baik – baik saja.
Monster yang mereka lawan
adalah monster – monster yang sama setiap harinya karena mereka selalu
berkembang biak dan memiliki sarang di dalam hutan sana.
Info lebih lanjutnya bahwa
monster-monster itu berasal dari pulau kecil di arah utara yang tidak ditempati
oleh manusia.
Mereka bisa saja
memusnahkan akar mereka namun para pemburu ini tahu batasan mereka untuk tidak
mengambil tindakan dengan risiko yang besar.
Di sisi lain ada juga
yang berpikir mereka akan kehilangan pekerjaan mereka jika mereka memusnahkan
sarang mereka.
Namun kenyataannya para monster ini sangat cepat berkembang
biak, entah ada berapa banyak sarang mereka di dalam hutan sana atau di pulau
kecil tersebut.
Namun malam itu mereka
menemukan satu monster yang asing. Dinamai [White Head] karena monster itu memiliki
kepala yang berwarna putih namun tubuhnya berwarna serba hitam. Yang lebih
mengerikannya bentuk tubuhnya dapat berubah-ubah.
Monster ini hanya
sendirian namun monster inilah yang menyerang para pemburu yang berjumlah dua
belas orang. Monster yang biasa mereka lawan tidak akan menyerang terlebih
dahulu karena tahu bahwa para pemburu itu lebih kuat darinya.
Serangan dari [White
Head] langsung menewaskan salah satu pemburu. Itu mengacaukan formasi para
pemburu namun mereka berusaha untuk tetap tenang untuk melawan monster itu.
Tapi percuma saja, jumlah
tidak membuat para pemburu unggul. Satu per satu dari mereka dikalahkan dan di
saat jumlah mereka semakin sedikit dan benar – benar terpojok mereka berusaha
untuk membuat celah agar Rand dapat selamat.
Selain Rand yang lainnya
adalah orang tua. Mereka sadar kalau sudah tidak ada lagi peluang untuk selamat
namun mereka ingin setidaknya Rand yang masih memiliki jalan hidup yang panjang
untuk tetap hidup.
Tidak ada pilihan lain
lagi Rand meninggalkan para orang tua itu. Ia kembali ke desa dan berusaha
untuk meminta bantuan. Ia menceritakan semuanya dengan tidak karuan karena
sangat ketakutan.
Awalnya para pemburu dan
ksatria yang ada di desa tidak percaya karena kelompok pemburu yang pergi malam
itu adalah kelompok yang dikenal paling kuat.
Melihat Rand yang ketakutan
setengah mati akhirnya mereka percaya dan pergi ke dalam hutan.
Namun sesampainya di
sana, yang terlihat oleh mereka tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata. Semuanya
telah tewas dan monster itu tengah menyantap salah satu dari jasad mereka.
Monster itu segera
melarikan diri sambil membawa jasad santapannya setelah melihat kelompok bala
bantuan. Namun tidak ada satu pun dari kelompok bala bantuan yang berani untuk
mengejarnya setelah melihat semua anggota dari kelompok pemburu terkuat di desa
ini tewas.
Setelah kejadian itu
tidak ada yang berani untuk membersihkan monster yang memasuki kawasan dekat
desa namun karena hari ini sudah ada monster yang masuk ke dalam desa tidak ada
pilihan lain lagi untuk dilakukan lagi pemburuan malam ini.
Mengingatnya membuat Rand
merasa sangat mual. Ia selamat berkat usaha dari para orang tua itu namun meskipun
selamat ia malah menjadi trauma untuk bertarung.
Ia merasa semua usahanya
sia-sia bahkan orang – orang yang lebih kuat darinya meskipun telah bekerja
sama tapi tetap saja tewas dengan mudahnya oleh monster itu.
“Maafkan aku...”
Rand mengatakan itu
sambil menatap langit yang menjadi semakin gelap. Maafnya ia tunjukan kepada
para pemburu yang telah membuatnya dapat melarikan diri. Ia merasa harus
meminta maaf karena dirinya malah menjadi sangat payah seperti ini.
*Tik* sebuah tetesan air
jatuh di wajahnya. Sejenak ia berpikir itu adalah air mata dari para pemburu
itu yang merasa kecewa dengan keadaan Rand sekarang.
Itu adalah air hujan,
perlahan air yang jatuh semakin banyak. Hujan mulai turun, ia harus segera
kembali ke rumah.
“Gawat, aku harus kembali
!”
Ucapnya dengan tergesa-gesa
lalu melanjutkan perjalanannya dengan berlari. Namun keadaan di depan sana
terlihat gaduh dan banyak orang yang lari berlawanan arah dengannya.
Rand tidak tahu apa yang
terjadi. Cuacanya memperlihatkan kemungkinan terjadinya sebuah badai namun meskipun
terjadi badai orang – orang biasanya tidak bereaksi seperti ini. Mereka semua
terlihat seperti berusaha melarikan diri dari sesuatu.
“M-maaf, sebenarnya ada
apa di sana ?”
“Tidak ada waktu untuk
menjelaskannya ! kau juga cepat lari jika ingin selamat !”
Rand bertanya pada salah
satu dari orang yang berlari berlawan arah dengannya. Namun orang itu berkata
dengan penuh ketakutan dan segera melanjutkan larinya.
Rand tidak mendapatkan
sesuatu yang jelas. Namun dari ekspresi orang – orang yang berlarian ia dapat
menyimpulkan ada sesuatu yang sangat berbahaya di depan sana.
*Tengtengteng* sebuah
lonceng bergeming sangat keras. Itu adalah tanda kalau desa sangat dalam
bahaya. Sekarang Rand tidak ragu lagi.
Jangan-jangan... [White
Head]− dalam pikirannya terlintas nama itu. Jika monster itu memasuki desa ini
maka wajar desa benar-benar dalam bahaya. Dan setelah mengetahui hal itu Rand
ingin segera berbalik arah dan lari secepatnya.
“Aira !”
Ia menyebut namanya
dengan khawatir. Tangannya begitu saja melepaskan barang bawaannya dan
membiarkannya terjatuh di tanah. Rand berlari melawan arus orang – orang ini.
Tubuhnya bergetar hebat,
keringat dingin mengucur deras dan jantungnya berdebar sangat kencang. Ia
merasa sangat ketakutan dan merasa bodoh karena malah mendekati bahaya. Namun
karena ia berpikir ada Aira di sana, itu dapat menekan rasa takutnya.
Ia terus berlari
sekaligus memperhatikan orang – orang yang berlari melawan arusnya namun ia
tidak melihat ada Aira di antara mereka. Jika Aira yang sekarang kemungkinan
besar dia akan bertindak untuk melawan monster itu.
Udara terasa semakin
dingin dan jangkauan pandangan semakin pendek karena kabut yang tiba – tiba
menutupi tempat ini. Namun Rand tidak peduli dan terus melanjutkan larinya
sampai ia di tempat yang tidak ada orang lagi.
Sebentar lagi seharusnya
Rand sampai di rumahnya. Entah kenapa udaranya semakin dingin dan kabutnya
semakin tebal. [White Head] pada saat itu tidak memiliki kemampuan seperti ini,
monster yang sama atau bukan yang hanya ia inginkan adalah keselamatan Aira.
*GHAHHH* terdengar sebuah
suara raungan yang sangat keras. Selain itu Rand melihat sebuah cahaya merah di
atas di dalam kabut.
Lalu muncul sebuah angin
yang besar dan menghempaskan kabut tebal yang menghalangi pandangan ini. Sekarang
Rand dapat melihat dengan jelas dan itu membuatnya ia kehilangan kata-katanya.
Sebuah bayangan hitam
yang sangat besar berada tak jauh di depannya. Bentuknya tidak jelas dengan
seluruh tubuhnya yang dipenuhi oleh bagian tubuhnya yang kecil terlihat seperti
sebuah tentakel. Bagian tubuhnya yang teratas mengeluarkan sebuah cahaya merah
yang mengerikkan.
Kaki Rand kehilangan
tenaganya begitu saja dan membuatnya terduduk lemas. Bukan karena kelelahan
berlari namun karena ia sangat ketakutan sekarang.
Separuh bagian tubuhnya
yang kecil-kecil itu memanjang dan mengarah pada seseorang yang berada di
depannya. Namun orang itu dapat dengan mudah menghindarinya.
Tapi makhluk itu
memiliki banyak bagian tubuh yang memanjang itu pada akhirnya orang itu harus
berusaha menghancurkannya selagi menghindar.
Orang itu adalah Aira.
Bagaikan seorang pahlawan ia melawan monster besar ini sendirian menggunakan
pedangnya. Sedangkan Rand hanya ketakutan di sini, jangankan melawannya,
melihatnya saja ia sudah ketakutan setengah mati.
Keberaniannya dalam
bertarung seolah telah mati saat insiden [White Head].
Sejauh ini Aira dapat
mengatasinya. Kemampuannya dalam bertarung tidak dapat diragukan lagi, ia
benar-benar sangat hebat. Itu wajar mengingat dia adalah salah satu anak yang
dianggap berpotensi dan telah melewati banyak pelatihan di akademi.
Namun makhluk besar ini
bukan monster biasa. Sebesar apa pun usaha Aira dalam melancarkan serangan
hasilnya adalah nihil terhadap tubuh monster ini. Padahal serangannya sangat
kuat sampai menciptakan tekanan angin yang luar biasa yang menghancurkan tanah
dan bangunan di sekitarnya.
“AIRAAA !!!”
Rand meneriakkan namanya
dengan sangat keras karena melihat tubuh Aira dihempaskan kebangunan sampai
bangunan tersebut hancur.
Perlahan monster itu
bergerak mendekati Aira. Rand tidak meragukan kemampuan maupun daya tahannya
namun itu tadi terlihat berupa serangan telak, tentu saja ia merasa sangat
khawatir. Entah apa yang akan monster itu lakukan jika telah mendekati Aira.
“Lihat ke sini monster
sialan !”
Rand berusaha untuk
bangkit lalu ia melemparkan sebuah batu ke arah monster itu berkali – kali.
Namun percuma saja, monster itu bahkan sama sekali tidak meliriknya dan tetap
terus mendekat ke arah Aira.
Ia melihat sebuah pedang
tergeletak di tanah. Tanpa pikir panjang lagi ia mengambilnya lalu melakukan
sebuah kuda-kuda dengan tubuhnya yang gemetaran. Kemudian ia melakukan sebuah
gerakan sambil mengatakan sesuatu.
“T-teknik tingkat dua...
angin laut !”
Ia mengayunkan pedangnya
ke arah monster yang berada di depannya. Namun tidak terjadi apa – apa. Ia
terlihat bodoh jika menyerang monster itu dari jarak jauh seperti ini
menggunakan pedang.
Jika berpikir secara
logis seperti itu namun Rand berusaha untuk menggunakan sebuah teknik pedang
yang di luar kata logis. Efeknya akan seperti serangan Aira di mana akan muncul
tekanan angin saat ia mengayunkan pedangnya. Namun usaha Rand hanya sia-sia
saja sekarang.
Ada beberapa syarat untuk
dapat menggunakan teknik ini selain kerja keras untuk berlatih tapi Rand telah
kehilangan beberapa syarat salah satunya keberaniannya. Ia dipenuhi oleh rasa
takut sekarang.
“Sial ! aku bahkan tidak
dapat menggunakan teknik tingkat dua...”
Rand membenci dirinya
sendiri. Namun itu sama sekali tidak akan mengubah apa pun. Monster itu semakin
dekat dengan Aira.
Rand sangat ketakutan.
Namun mau bagaimana pun Aira sangat berharga baginya. Ia berusaha untuk menekan
rasa takutnya dan berlari mendekati tubuh monster itu. Lalu dengan sekuat
tenaga ia mengayunkan pedangnya ke arah monster itu.
Tindakannya itu berhasil
menyayat tubuhnya. Itu membuat monster itu berteriak dan berhenti mendekati
Aira. Rand tidak berhenti, ia terus mengayunkan pedangnya pada tubuh monster
itu.
Akhirnya perhatian
monster itu tertuju pada Rand. Ia segera menjauh dari monster itu, satu-satunya
kelemahan monster itu adalah gerakan tubuhnya yang lambat. Namun lain lagi jika
dia menggunakan bagian tubuhnya yang kecil seperti tentakel itu.
Setidaknya Rand berhasil
mengalihkan perhatian monster itu dan membuatnya mengejar dirinya. Ia berpikir
semua akan lancar jika ia terus berlari dan menghindari tentakel makhluk itu
atau memotongnya.
Sesuatu terbentuk di
udara dengan jumlah yang banyak. Itu adalah sekumpulan es yang terbentuk di
udara dengan bentuk yang tajam. Dengan kecepatan yang luar biasa semua es itu
mengarah pada Rand.
Semenjak insiden itu
kemampuan dan insting bertarung sekaligus keberanian Rand menurun begitu saja
secara drastis. Menghindari maupun menghadapi es-es dengan jumlah yang banyak
dengan kemampuannya sekarang itu mustahil.
Ah, sepertinya sampai di
sini saja− itulah yang ada di pikiran Rand.
Ia memilih untuk
menyerah. Ia berhenti dan menunggu semua es menusuk seluruh tubuhnya.