Catastrophe in Ouriden - Mendung (4)

“Terima kasih...”

“Terima kasih kembali...”

Rand membalasnya dengan ramah sambil menerima bungkusan dari orang yang ada di depannya setelah menukarnya dengan sejumlah uang.

Di sini cukup ramai, itu membuatnya agak tidak nyaman. Ia segera pergi dari sini setelah tidak ada yang ia perlukan lagi.

Ia membawa cukup banyak kantong kain yang berisi beberapa bahan makanan yang telah ia beli dari pasar tadi. Ini masih pagi jadi ia mendapatkan semua bahan yang ia perlukan− atau lebih tepatnya yang ia pikirkan.

Sebenarnya ia tidak memerlukan terlalu banyak bahan makanan.

“Aku malah membeli semua yang kupikirkan...”

Rand menyesal karena telah membelinya sebanyak ini. Karena kebiasaannya yang berhemat selama ini membuatnya mempunyai banyak uang sekarang ini.

Uang yang ia keluarkan tadi senilai dengan kebutuhannya dalam seminggu. Ia berniat untuk merayakan kelulusan dan kepulangan Aira. Tapi kalau ia telah menghabiskan uang sebanyak ini mungkin agak gawat.

Tidak masalah jika Rand dapat melakukan pekerjaannya yang seperti biasa. Namun kejadian yang telah menimpanya memberi dampak yang sangat besar terhadap dirinya secara psikologis. Jika diingat kembali ia akan merasa dirinya bergetar sangat hebat.

“Mungkin aku harus mencari pekerjaan lain... sepertinya sisa uangku hanya cukup sampai satu bulan.”

Rand mengatakan itu dengan pelan sambil merenungkannya. Hal itu membuatnya tidak terlalu memperhatikan jalannya.

“M-maafkan aku !”

Ia membuat kesalahan. Tubuhnya menyenggol orang yang berjalan dari arah yang berlawanan dengannya. Rand segera meminta maaf sambil menundukkan kepalanya dalam – dalam.

Namun sepertinya orang itu tidak peduli dan melewatinya begitu saja. Sikapnya membuat Rand agak tidak nyaman. Tapi itu lebih baik dari pada orang yang membesar-besarkan masalahnya.

Orang itu mengenakan sebuah jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. Dari posturnya terlihat seperti seorang pria. Orang terlihat mencurigakan namun Rand berusaha untuk menyingkirkan pemikiran yang negatifnya.

Langit terlihat agak mendung. Terlihat jubah yang dikenakannya seperti bahan anti basah. Rand berpikir kalau orang itu melakukan tindakan cepat sebelum hujan.

“Sepertinya aku harus segera kembali...”

Tempat ini cukup jauh dari tempat tinggal Rand. Akan gawat jika hujan turun terlebih dahulu jika ia belum kembali. Rand segera berlari agar ia dapat segera kembali ke rumahnya.

“Akhir – akhir ini monster di hutan semakin banyak. Jika dibiarkan warga yang tinggal di daerah dekat hutan akan dalam bahaya...”

“Ya, banyak warga yang kehilangan ternak mereka. Ya, itu tidak terlalu buruk daripada ada warga yang menjadi makanan para monster itu.”

“Tapi semenjak munculnya [White Head] kita jadi kekurangan para pemburu. Dan juga akan gawat jika kita bertemu dengan monster itu lagi.”

Tak sengaja Rand mendengar pembicaraan itu dari tiga pria yang sedang berbicara satu sama lain di sisi jalan.

Rand bukan tipe orang yang percaya diri namun sebelum hal buruk itu terjadi mungkin ia akan berbicara ‘bolehkah aku bergabung ?’ pada tiga pria itu. Namun sekarang percakapan itu membuatnya sangat merasa tidak nyaman.

Jika bisa Rand ingin menutup telinga dengan kedua tangannya. Namun ia tidak dapat melakukannya karena membawa bawaan. Karena itu ia mempercepat larinya sekuat tenaga. Sayangnya hal itu malah membuat perhatian tiga pria itu terarah pada dirinya.

“Hei ! tolong berhenti !”

Salah satu dari tiga pria itu memanggilnya. Rand tidak ada pilihan lain selain berhenti karena jika terus berlari maka akan dianggap tidak sopan.

“A-ada apa ?”

Dengan kaku Rand mengatakan itu sambil berbalik. Pria yang memanggilnya itu menghampirinya.

“Aku sering melihatmu ikut pemburuan monster. Kami mau melakukannya malam ini jadi apa kau mau ikut ? kami agak kekurangan orang...”

“Umm...”

Rand hanya menyuarakan itu. Wajahnya terlihat tegang. Mungkin bagi orang lain ia terlihat seperti gugup atau merasa tegang tapi sebenarnya Rand merasa benar – benar tidak nyaman sekarang dan mulutnya seolah tidak dapat berbicara.

“Kenapa kau tegang seperti itu ? jangan khawatir ! meskipun wajahku seram tapi sebenarnya aku ini orang baik. Jadi jangan perlu takut.”

Pria itu terheran – heran melihat wajah reaksi Rand lalu dengan percaya diri ia mengatakan mengenai dirinya.

“Oi ! jangan seenaknya memanggil orang lain !”

Dua pria yang lainnya segera menyusulnya dan salah satu dari mereka mengatakan itu. Dan mereka berdua terkejut saat melihat Rand.

“Apa – apaan kau ini ? kita memang kekurangan orang tapi jangan ajak dia !”

“Kenapa kau ini ? apa masalahnya ? kudengar dia cukup hebat untuk pemuda sepertinya, jadi dia pasti baik – baik saja.”

“Memang, tapi tolong jangan dia !”

“Kenapa kalian ini ?”

Pria yang mengajak Rand merasa kesal karena kedua temannya menentang dirinya yang menawarkan ajakan pada Rand. Mereka mengatakannya masih dengan agak keras meskipun ada Rand di hadapan mereka.

“Kau tidak tahu ? dia adalah satu-satunya orang yang selamat dari insiden [White Head].”

“Ya, itu pasti membuatnya sangat trauma. Suatu kesalahan jika kita mengajaknya berburu sekarang, kejadiannya masih beberapa hari yang lalu.”

Kedua pria yang menentangnya berkata demikian. Lalu pria yang mengajak Rand terlihat sangat terkejut dan merasa bersalah.

“M-maafkan aku ! aku tidak tahu mengenai hal itu, aku tidak bermaksud buruk...”

Pria itu meminta maaf sambil membungkukkan tubuhnya dalam – dalam. Menandakan kalau ia benar – benar sangat menyesal.

“T-tidak apa – apa. Justru aku yang harus meminta maaf karena tidak dapat membantu kalian. Karena ada urusan yang mendadak aku permisi dulu.”

Setelah mengatakan itu Rand segera pergi dari sini. Itu mungkin agak tidak sopan namun Rand merasa tidak memiliki pilihan lain lagi.

“Hei !”

Pria yang sebelumnya mengajaknya berusaha untuk kembali memanggilnya. Ia terkejut karena Rand pergi begitu saja.

“Padahal aku mau mentraktirnya sebagai permintaan maaf.”

“Sudah, jika dia bersama kita yang seorang pemburu hanya akan membuatnya teringat kembali kejadian itu.”

Pria yang mengajak Rand merasa tidak enak karena tidak dapat mewujudkan niatnya namun rekannya berusaha agar ia tidak mendekati Rand lagi.

Rand sendiri tidak ada masalah dengan pria-pria tadi namun setelah mendengar pembahasan mereka membuatnya merasa sangat tidak nyaman, bahkan ia merasa mual karena kejadian buruk itu tergambar di pikirannya.

[White Head] itu adalah nama yang diberikan orang – orang kepada insiden itu sekaligus monster yang menyebabkan insiden itu.

Malam itu para pemburu monster termasuk Rand menjalankan aktivitasnya seperti biasa yaitu membersihkan monster yang ada di hutan sekitar daerah desa ini. Namun tak ada satu pun dari mereka yang membayangkan kalau malam itu akan menjadi malam yang sangat tragis.

Memang pekerjaan ini nyawa adalah taruhannya namun karena kekuatan yang telah mereka bangun masing-masing dengan usaha yang keras dan kerja sama serta pengalaman, mereka yakin mereka semua akan baik – baik saja.

Monster yang mereka lawan adalah monster – monster yang sama setiap harinya karena mereka selalu berkembang biak dan memiliki sarang di dalam hutan sana.

Info lebih lanjutnya bahwa monster-monster itu berasal dari pulau kecil di arah utara yang tidak ditempati oleh manusia.

Mereka bisa saja memusnahkan akar mereka namun para pemburu ini tahu batasan mereka untuk tidak mengambil tindakan dengan risiko yang besar.

Di sisi lain ada juga yang berpikir mereka akan kehilangan pekerjaan mereka jika mereka memusnahkan sarang mereka.

Namun kenyataannya para monster ini sangat cepat berkembang biak, entah ada berapa banyak sarang mereka di dalam hutan sana atau di pulau kecil tersebut.

Namun malam itu mereka menemukan satu monster yang asing. Dinamai [White Head] karena monster itu memiliki kepala yang berwarna putih namun tubuhnya berwarna serba hitam. Yang lebih mengerikannya bentuk tubuhnya dapat berubah-ubah.

Monster ini hanya sendirian namun monster inilah yang menyerang para pemburu yang berjumlah dua belas orang. Monster yang biasa mereka lawan tidak akan menyerang terlebih dahulu karena tahu bahwa para pemburu itu lebih kuat darinya.

Serangan dari [White Head] langsung menewaskan salah satu pemburu. Itu mengacaukan formasi para pemburu namun mereka berusaha untuk tetap tenang untuk melawan monster itu.

Tapi percuma saja, jumlah tidak membuat para pemburu unggul. Satu per satu dari mereka dikalahkan dan di saat jumlah mereka semakin sedikit dan benar – benar terpojok mereka berusaha untuk membuat celah agar Rand dapat selamat.

Selain Rand yang lainnya adalah orang tua. Mereka sadar kalau sudah tidak ada lagi peluang untuk selamat namun mereka ingin setidaknya Rand yang masih memiliki jalan hidup yang panjang untuk tetap hidup.

Tidak ada pilihan lain lagi Rand meninggalkan para orang tua itu. Ia kembali ke desa dan berusaha untuk meminta bantuan. Ia menceritakan semuanya dengan tidak karuan karena sangat ketakutan.

Awalnya para pemburu dan ksatria yang ada di desa tidak percaya karena kelompok pemburu yang pergi malam itu adalah kelompok yang dikenal paling kuat. 

Melihat Rand yang ketakutan setengah mati akhirnya mereka percaya dan pergi ke dalam hutan.

Namun sesampainya di sana, yang terlihat oleh mereka tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata. Semuanya telah tewas dan monster itu tengah menyantap salah satu dari jasad mereka.

Monster itu segera melarikan diri sambil membawa jasad santapannya setelah melihat kelompok bala bantuan. Namun tidak ada satu pun dari kelompok bala bantuan yang berani untuk mengejarnya setelah melihat semua anggota dari kelompok pemburu terkuat di desa ini tewas.

Setelah kejadian itu tidak ada yang berani untuk membersihkan monster yang memasuki kawasan dekat desa namun karena hari ini sudah ada monster yang masuk ke dalam desa tidak ada pilihan lain lagi untuk dilakukan lagi pemburuan malam ini.

Mengingatnya membuat Rand merasa sangat mual. Ia selamat berkat usaha dari para orang tua itu namun meskipun selamat ia malah menjadi trauma untuk bertarung. 

Ia merasa semua usahanya sia-sia bahkan orang – orang yang lebih kuat darinya meskipun telah bekerja sama tapi tetap saja tewas dengan mudahnya oleh monster itu.

“Maafkan aku...”

Rand mengatakan itu sambil menatap langit yang menjadi semakin gelap. Maafnya ia tunjukan kepada para pemburu yang telah membuatnya dapat melarikan diri. Ia merasa harus meminta maaf karena dirinya malah menjadi sangat payah seperti ini.

*Tik* sebuah tetesan air jatuh di wajahnya. Sejenak ia berpikir itu adalah air mata dari para pemburu itu yang merasa kecewa dengan keadaan Rand sekarang.

Itu adalah air hujan, perlahan air yang jatuh semakin banyak. Hujan mulai turun, ia harus segera kembali ke rumah.

“Gawat, aku harus kembali !”

Ucapnya dengan tergesa-gesa lalu melanjutkan perjalanannya dengan berlari. Namun keadaan di depan sana terlihat gaduh dan banyak orang yang lari berlawanan arah dengannya.

Rand tidak tahu apa yang terjadi. Cuacanya memperlihatkan kemungkinan terjadinya sebuah badai namun meskipun terjadi badai orang – orang biasanya tidak bereaksi seperti ini. Mereka semua terlihat seperti berusaha melarikan diri dari sesuatu.

“M-maaf, sebenarnya ada apa di sana ?”

“Tidak ada waktu untuk menjelaskannya ! kau juga cepat lari jika ingin selamat !”

Rand bertanya pada salah satu dari orang yang berlari berlawan arah dengannya. Namun orang itu berkata dengan penuh ketakutan dan segera melanjutkan larinya.

Rand tidak mendapatkan sesuatu yang jelas. Namun dari ekspresi orang – orang yang berlarian ia dapat menyimpulkan ada sesuatu yang sangat berbahaya di depan sana.

*Tengtengteng* sebuah lonceng bergeming sangat keras. Itu adalah tanda kalau desa sangat dalam bahaya. Sekarang Rand tidak ragu lagi.

Jangan-jangan... [White Head]− dalam pikirannya terlintas nama itu. Jika monster itu memasuki desa ini maka wajar desa benar-benar dalam bahaya. Dan setelah mengetahui hal itu Rand ingin segera berbalik arah dan lari secepatnya.

“Aira !”

Ia menyebut namanya dengan khawatir. Tangannya begitu saja melepaskan barang bawaannya dan membiarkannya terjatuh di tanah. Rand berlari melawan arus orang – orang ini.

Tubuhnya bergetar hebat, keringat dingin mengucur deras dan jantungnya berdebar sangat kencang. Ia merasa sangat ketakutan dan merasa bodoh karena malah mendekati bahaya. Namun karena ia berpikir ada Aira di sana, itu dapat menekan rasa takutnya. 

Ia terus berlari sekaligus memperhatikan orang – orang yang berlari melawan arusnya namun ia tidak melihat ada Aira di antara mereka. Jika Aira yang sekarang kemungkinan besar dia akan bertindak untuk melawan monster itu.

Udara terasa semakin dingin dan jangkauan pandangan semakin pendek karena kabut yang tiba – tiba menutupi tempat ini. Namun Rand tidak peduli dan terus melanjutkan larinya sampai ia di tempat yang tidak ada orang lagi.

Sebentar lagi seharusnya Rand sampai di rumahnya. Entah kenapa udaranya semakin dingin dan kabutnya semakin tebal. [White Head] pada saat itu tidak memiliki kemampuan seperti ini, monster yang sama atau bukan yang hanya ia inginkan adalah keselamatan Aira.

*GHAHHH* terdengar sebuah suara raungan yang sangat keras. Selain itu Rand melihat sebuah cahaya merah di atas di dalam kabut.

Lalu muncul sebuah angin yang besar dan menghempaskan kabut tebal yang menghalangi pandangan ini. Sekarang Rand dapat melihat dengan jelas dan itu membuatnya ia kehilangan kata-katanya.

Sebuah bayangan hitam yang sangat besar berada tak jauh di depannya. Bentuknya tidak jelas dengan seluruh tubuhnya yang dipenuhi oleh bagian tubuhnya yang kecil terlihat seperti sebuah tentakel. Bagian tubuhnya yang teratas mengeluarkan sebuah cahaya merah yang mengerikkan.

Kaki Rand kehilangan tenaganya begitu saja dan membuatnya terduduk lemas. Bukan karena kelelahan berlari namun karena ia sangat ketakutan sekarang.

Separuh bagian tubuhnya yang kecil-kecil itu memanjang dan mengarah pada seseorang yang berada di depannya. Namun orang itu dapat dengan mudah menghindarinya. 

Tapi makhluk itu memiliki banyak bagian tubuh yang memanjang itu pada akhirnya orang itu harus berusaha menghancurkannya selagi menghindar.

Orang itu adalah Aira. Bagaikan seorang pahlawan ia melawan monster besar ini sendirian menggunakan pedangnya. Sedangkan Rand hanya ketakutan di sini, jangankan melawannya, melihatnya saja ia sudah ketakutan setengah mati.

Keberaniannya dalam bertarung seolah telah mati saat insiden [White Head].

Sejauh ini Aira dapat mengatasinya. Kemampuannya dalam bertarung tidak dapat diragukan lagi, ia benar-benar sangat hebat. Itu wajar mengingat dia adalah salah satu anak yang dianggap berpotensi dan telah melewati banyak pelatihan di akademi.

Namun makhluk besar ini bukan monster biasa. Sebesar apa pun usaha Aira dalam melancarkan serangan hasilnya adalah nihil terhadap tubuh monster ini. Padahal serangannya sangat kuat sampai menciptakan tekanan angin yang luar biasa yang menghancurkan tanah dan bangunan di sekitarnya.

“AIRAAA !!!”

Rand meneriakkan namanya dengan sangat keras karena melihat tubuh Aira dihempaskan kebangunan sampai bangunan tersebut hancur.

Perlahan monster itu bergerak mendekati Aira. Rand tidak meragukan kemampuan maupun daya tahannya namun itu tadi terlihat berupa serangan telak, tentu saja ia merasa sangat khawatir. Entah apa yang akan monster itu lakukan jika telah mendekati Aira.

“Lihat ke sini monster sialan !”

Rand berusaha untuk bangkit lalu ia melemparkan sebuah batu ke arah monster itu berkali – kali. Namun percuma saja, monster itu bahkan sama sekali tidak meliriknya dan tetap terus mendekat ke arah Aira.

Ia melihat sebuah pedang tergeletak di tanah. Tanpa pikir panjang lagi ia mengambilnya lalu melakukan sebuah kuda-kuda dengan tubuhnya yang gemetaran. Kemudian ia melakukan sebuah gerakan sambil mengatakan sesuatu.

“T-teknik tingkat dua... angin laut !”

Ia mengayunkan pedangnya ke arah monster yang berada di depannya. Namun tidak terjadi apa – apa. Ia terlihat bodoh jika menyerang monster itu dari jarak jauh seperti ini menggunakan pedang.

Jika berpikir secara logis seperti itu namun Rand berusaha untuk menggunakan sebuah teknik pedang yang di luar kata logis. Efeknya akan seperti serangan Aira di mana akan muncul tekanan angin saat ia mengayunkan pedangnya. Namun usaha Rand hanya sia-sia saja sekarang.

Ada beberapa syarat untuk dapat menggunakan teknik ini selain kerja keras untuk berlatih tapi Rand telah kehilangan beberapa syarat salah satunya keberaniannya. Ia dipenuhi oleh rasa takut sekarang.

“Sial ! aku bahkan tidak dapat menggunakan teknik tingkat dua...”

Rand membenci dirinya sendiri. Namun itu sama sekali tidak akan mengubah apa pun. Monster itu semakin dekat dengan Aira.

Rand sangat ketakutan. Namun mau bagaimana pun Aira sangat berharga baginya. Ia berusaha untuk menekan rasa takutnya dan berlari mendekati tubuh monster itu. Lalu dengan sekuat tenaga ia mengayunkan pedangnya ke arah monster itu.

Tindakannya itu berhasil menyayat tubuhnya. Itu membuat monster itu berteriak dan berhenti mendekati Aira. Rand tidak berhenti, ia terus mengayunkan pedangnya pada tubuh monster itu.

Akhirnya perhatian monster itu tertuju pada Rand. Ia segera menjauh dari monster itu, satu-satunya kelemahan monster itu adalah gerakan tubuhnya yang lambat. Namun lain lagi jika dia menggunakan bagian tubuhnya yang kecil seperti tentakel itu.

Setidaknya Rand berhasil mengalihkan perhatian monster itu dan membuatnya mengejar dirinya. Ia berpikir semua akan lancar jika ia terus berlari dan menghindari tentakel makhluk itu atau memotongnya.

Sesuatu terbentuk di udara dengan jumlah yang banyak. Itu adalah sekumpulan es yang terbentuk di udara dengan bentuk yang tajam. Dengan kecepatan yang luar biasa semua es itu mengarah pada Rand.

Semenjak insiden itu kemampuan dan insting bertarung sekaligus keberanian Rand menurun begitu saja secara drastis. Menghindari maupun menghadapi es-es dengan jumlah yang banyak dengan kemampuannya sekarang itu mustahil.

Ah, sepertinya sampai di sini saja− itulah yang ada di pikiran Rand.
Ia memilih untuk menyerah. Ia berhenti dan menunggu semua es menusuk seluruh tubuhnya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »